Selasa, 27 Desember 2011

Uji Sisa Chlorin

LAPORAN PRAKTIKUM
PENYEDIAAN AIR DAN PENGOLAHAN LIMBAH
“PEMERIKSAAN SISA CHLOR”







Disusun oleh:
1. Imam Agung Fajarudin (B1003026)
2. Irma Setyani (B1003027)
3. Isnaini Candrawati (B1003028)
4. Joni Wandono ATP (B1003029)
5. Karomat (B1003030)


PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
TAHUN 2011

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai penularan penyakit. Penyediaan air bersih sangatlah perlu dilakukan baik dari segi kualitas maupun kuantitas dari suatu daerah. Peningkatan kualitas air bersih dapat dilakukan dengan jalan mengadakan pengelolaan air yang akan diperlukan sebagai air minum.
Dari berbagai studi, ternyata orang yang meminum air yang mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat mengalami keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati.
Untuk menjaga kualitas air yang didistribusikan oleh perusahaan penyediaair minum agar air minum yang dikonsumsi masyarakat tidak menimbulkangangguan kesehatan maka perlu ditetapkannya persyaratan kualitas air minumoleh pemerintah. Dengan didasari hal tersebut maka diterbitkanlah PeraturanMenteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Peraturan pemerintah ini mengharuskanair yang didistribusikan perusahaan air minum kepada pelanggan agar memenuhidan mengikuti standar kualitas air minum yang telah ditetapkan pemerintah.Berdasarkan hal tersebut diatas penulis mengambil masalah untuk laporan kerja praktik yang akan dijelaskan pada bab berikutnya

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui kadar sisa chlor di dalam air.
















BAB II
DASAR TEORI

A. Air secara Umum
Makhluk di dunia ini tanpa terkecuali sangat menggantungkanhidupnya pada air. Untuk manusia, air selain sebagai konsumsi makan danminum juga diandalkan untuk keperluan pertanian, industri dan lain-lain(Sutrisno, 2004). Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajathidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia sertamakhluk hidup yang lain. Dalam pengamatan dan pelestarian sumber daya air harus terus diperhatikan segenap pengguna air termasuk juga oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sehingga pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, denganmemperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang(Effendi, 2003).Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi permasalahankuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkatdan juga permasalahan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakinmenurun dari tahun ke tahun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, termasuk penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).
Dengan peradaban serta semakin bertambahnya jumlah penduduk didunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupannya yang mautidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air yang pada hakikatnyadibutuhkan. Padahal beberapa abad yang lalu, manusia dalam memenuhikebutuhan akan air (khususnya air minum) cukup mengambil dari sumber – sumber air yang ada di dekatnya dengan menggunakan peralatan yangsangat sederhana. Namun sekarang ini, khususnya di kota yang sudahlangka akan sumber air minum yang bersih tidak mungkin mempergunakancara demikian. Di mana-mana air sudah tercemar, dan ini berarti harusmempergunakan suatu peralatan yang modern untuk mendapatkan air minumagar terbebas dari berbagai penyakit (Sutrisno, 2004).Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan KerjaPerkantoran dan Industri terdapat pengertian mengenai air bersih, yaitu air yangdipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratankesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlakudan dapat diminum apabila dimasak.Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagimahluk hidup diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tanggalainnya. Air yang digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun. Sumber air minum yang memenuhi syarat sebagai air baku air minum jumlahnya makin lama makin berkurang sebagai akibat ulah manusia sendiri baik sengaja maupun tidak disengaja. Kebutuhan air yang palingutama bagi manusia adalah air minum. Menurut ilmu kesehatan setiap orangmemerlukan air minum hidup 2-3 minggu tanpa makan tetapi hanya dapat bertahan 2-3 hari tanpa air minum (Suripin, 2002).Akan tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syaratkesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zattertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakankelangsungan hidup manusia. Berdasarkan masalah tersebut, maka perludiketahui kualitas air yang bisa digunakan untuk kebutuhan manusia tanpamenyebabkan akibat buruk dari penggunaan air tersebut. Kebutuhan air bagimanusia harus terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitasnya agar manusiamampu hidup dan menjalankan segala kegiatan dalam kehidupannya bahwa air akan memberikan rasa tidak enak pada lidah dan rasa mual (Sutrisno,2004).
B. Parameter Kimia Air Bersih
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun.
1) pH (derajat keasaman)
pH penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air padaumumnya disebabkan gas oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida.Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari penyimpangan standar kualitasair minum dalam hal pH adalah apabila pH lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yangsangat mengganggu kesehatan.
2) Kesadahan Kesadahan
ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahannonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan kalsium danmagnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan memanaskan air hinggamendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat(permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, khlorida dan nitrat darimagnesium dan kalsium disamping besi dan alumunium. Konsentrasi kalsiumdalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakittulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapatmenyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual.
3) Besi
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning danmenyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan diperairan umum. Batasmaksimal yang terkandung di dalam air adalah 1,0 mg/l.
4) Aluminium
Batas maksimal yang terkandung di dalam air menurut Peraturan MenteriKesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminiummenyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi.
5) Zat organik
Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur haramakanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di perairan.
6) Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air (panci ketel), selain itu mengakibatkan baudan korosi pada pipa. Kandungan sulfat sering dihubungkan dengan penanganandan pengolahan air bekas.
7) Nitrat dan nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat bersumber baik dari NO2 di atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yangdigunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter . Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi nitrit yangdapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen di dalam tubuh.
8) Khlorida
Khrlorida pada air harus dalam konsentrasi yang layak dan tidak berbahaya bagi manusia. Khlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapatmenyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air.
9) Zink atau Zn
Batas maksimal zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l.Penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepat, danrasa mual. Dalam jumlah kecil, zink merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan zink dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak (Sutrisno, 2004).

C. Pemeriksaan Residu Klorin
Sanitasi dan hygiene merupakan suatu usaha kesehatan preventif yang menitik beratkan pada kegiatan dibidang pencegahan penyakit. Tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya penyakit dan keracunan serta gangguan kesehatan sebagai akibat dari adanya interaksi faktor lingkungan hidup dengan manusia. Sanitasi itu sendiri sebagai penciptaan/pemeliharaan kondisi yg mampu mencegah terjadinya kontaminasi pada makanan. Sanitasi dan dalam pengolahan hasil perikanan merupakan kegiatan pengusaha untuk menciptakan keadaan yang baik bagi usaha pengolahan hasil perikanan yang dikelolanya sesuai dengan syarat- syarat kesehatan manusia. Sanitasi yang baik pada akhirnya akan dihasilkan produk yang higienis (Adis, 2010).
Sanitasi dan higiene tujuan utamanya adalah untuk mencegah terjadinya mencegah kontaminasi, baik secara fisik, kimiawi dan biologi, sebagai syarat kesehatan konsumsi manusia. Sebagai salah satu contoh terjadinya kontaminasi kimia adalah masih adanya residu khlor sebagai akibat adanya khlorinasi air. Adanya khlorinasi air ini akan sering kita temui pada area unit pengolahan hasil perikanan, seperti pada cold storage dan ruang proses yang berfungsi sebagai desinfektan. Klorinasi air perlu dilakukan untuk menginaktifkan organisme-organisme bakteri dan virus patogenik yang dapat dipindahkan melalui air. Biasanya patogen utama yang terdapat di dalam air tersebut berasal dari kotoran manusia, seperti Salmonella thypi, Salmonella parathypi, Bacillus shigella, dan Vibrio cholerae. Sedangkan dalam khlorinasi air ini sendiri, membutuhkan zat kimia yang digunakan untuk desinfeksi air. Dari berbagai macam-macam zat kimia yang digunakan untuk khlorinasi air, klor adalah zat kimia yang sering dipakai karena harganya murah dan masih mempunyai daya desinfeksi sampai beberapa jam setelah pembubuhannya (residu khlor).

Khlor secara spesifik merupakan unsur kimia dengan nomor atom 17 dan simbol Cl, yang termasuk dalam golongan halogen. Khlor memiliki unsur murni yang mempunyai keadaan fisik berbentuk gas, berwarna kuning kehijauan yang dapat bergabung dengan hampir seluruh unsur lain karena merupakan unsur bukan logam yang sangat elektronegatif. Untuk senyawa khlor yang digunakan adalah gas, cair dan padat. Khlor ini berasal dari gas khlor Cl2, NaCl2, Ca(OCl)2 (kaporit) atau larutan HOCl (Asam Hipoklorit).
Dari khlorinasi air yang tidak sesuai ketentuan, biasanya mengakibatkan adanya residu dari khlor tersebut yang dapat membahayakan jika terjadi kontaminasi. Dari terjadinya kontaminasi tersebut menyebabkan kerugian, antara lain menyebabkan keracunan, keamanan/bahaya penggunaan terhadap kesehatan, dan dicurigai bersifat karsiogenik. Residu khlorin terdapat dalam 2 bentuk yaitu residu klorin terikat, dan residu khlorin bebas. Residu khlorin terikat, khlorin diikat secara alamiah dalam air. Sedangkan khlorin bebas, bila khlorin ditambahkan secukupnya untuk memproduksi klorin bebas.
Bertitik tolak dari hal tersebut, maka perlu adanya analisa tentang adanya residu khlorin. Hal ini dikarenakan residu khlorin dikategorikan sebagai zat kimia yang juga berbahaya bagi kesehatan manusia. Selain itu sebagai salah satu syarat untuk memenuhi sanitasi dan hygiene yang baik (Supenti, 2011)
Masyarakat yang tinggal di tempat yang sama selama hidupnya dan selalu minum air yang terkontaminasi dapat mengembangkan kekebalan terhadap kontaminan tersebut sehingga tidak atau sedikit mengalami masalah kesehatan. Namun tidak demikian halnya dengan masyarakat yang terkena bencana. Situasi darurat memiliki tiga efek pada populasi yang saling berkaitan, karena: memaksa masyarakat berpindah ke tempat yang baru dimana kualitas air berbeda dari yang biasa mereka minum, sehingga mereka tidak memiliki kekebalan; Memaksa masyarakat hidup di situasi yang buruk, seperti dalam tenda atau penampungan sementara dimana sulit untuk tetap mempertahankan perilaku kebersihan, dan Mempengaruhi pola makan, bahkan seringkali menurunkan kualitas gizinya dan membuat mereka makin rentan terhadap penyakit.
Karena itu bagi masyarakat yang berada pada kondisi darurat, penyediaan air yang berkualitas baik penting. Terdapat beberapa cara meningkatkan kualitas air minum. Yang tersering adalah pengendapan dan penyaringan yang diikuti oleh disinfeksi (dibahas pada tulisan yang lain). Disinfeksi (pembunuhan mikroorganisme yang berbahaya) dapat dicapai dengan berbagai cara namun yang tersering adalah melalui penambahan klorin. Nmun klorin hanya akan bekerja dengan baik jika air jernih. Penambahan klorin dalam air akan memurnikannya dengan cara merusak struktur sel organisme, sehingga kuman akan mati. Namun demikian proses tersebut hanyak akan berlangsung bila klorin mengalami kontak langsung dengan organisme tersebut. Jika air mengandung lumpur, bakteri dapat bersembunyi di dalamnya dan tidak dapat dicapai oleh klorin. Klorin membutuhkan waktu untuk membunuh semua organisme. Pada air yang bersuhu lebih tinggi atau sekitar 18oC, klorin harus berada dalam air paling tidak selama 30 menit. Jika air lebih dingin, waktu kontak harus ditingkatkan. Karena itu biasanya klorin ditambahkan ke air segera setelah air dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan atau pipa penyalur agar zat kimia tersebut mempunyai cukup waktu untuk bereaksi dengan air sebelum mencapai konsumen.
Efektivitas klorin juga dipengaruhi oleh pH (keasaman) air. Klorinasi tidak akan efektif jika pH air lebih dari 7.2 atau kurang dari 6.8.
Klorin merupakan zat kimia yang relatif murah dan siap digunakan; begitu dilarutkan dalam air dengan jumlah yang cukup akan merusak sebagian besar kuman penyebab penyakit tanpa membahayakan manusia. Namun demikian saat organisme telah rusak, klorin juga akan habis. Jika klorin yang ditambahkan cukup, setelah semua organisme rusak akan terdapat sisa klorin dalam air yang disebut sebagai klorin bebas Klorin bebas akan tetap berada dalam air sampai hilang di dunia luar atau terpakai untuk membunuh kontaminasi baru. Karena itu jika kita memeriksa air dan menemukan masih terdapat klorin bebas yang tersisa, hal itu merupakan bukti bahwa sebagai besar organisme dalam air yang berbahaya telah disingkirkan dan air aman diminum. Pengukuran tersebut dinamakan residu klorin. Pengukuran residu klorin dalam air merupakan metode yang sederhana namun penting untuk memeriksa apakah air yang dikirimkan telah aman untuk diminum.
Pemeriksaan yang tersering adalah uji indikator dpd (dietil parafenilen diamin) dengan menggunakan komparator. Pemeriksaan ini merupakan metoda yang paling cepat dan sederhana untuk memeriksa residu klorin. Dengan pemeriksaan ini, reagen dalam bentuk tablet ditambahkan pada sampel air hingga air berwarna merah. Kepekatan warna kemudian dibandingkan terhadap warna standar pada grafik untuk menentukan konsentrasi klorin. Semakin pekat warna, semakin tinggi konsentrasi klorin dalam air. Beberapa alat untuk memeriksa residu klorin dalam air, dapat dibeli dengan mudah. Alat tersebut kecil dan mudah dibawa. (www.google.com)
Cara masuknya klorin kedalam tubuh manusia
Klorin merupakan zat asam yang korosif. Klorin akan berperan sebagai iritan kuat pada jaringan yang sensitif. Kontak jangka panjang dengan klorin dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas adalah zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kerusakan sel.
Klorin dapat masuk ke tubuh dengan cara :
1. Terhirup melalui saluran nafas. Klorin sangat berbahaya bila terhirup ke saluran pernafasan. Berat molekul gas klorin lebih besar dari udara sehingga akan selalu menempati daerah terendah dan mengendap di saluran nafas. Paparan klorin pada anak-anak dapat menyebabkan serangan asma. Studi di Belgia tahun 2003 menyebutkan iritan yang dikenal dengan triclhoramin. Trikloramin ini akan dilepaskan apabila air yang berklorinasi bereaksi dengan material organik seperti urin atau keringat manusia. Trikloramin dipercaya dapat menginisiasi proses biologi yang dapat merusak barier seluler permukaan paru.
2. Kontak dengan kulit atau mata. Efek klorin sangat negatif untuk kosmetik. Klorin dapat menyebabkan hilangnya kelembaban kulit dan rambut sehingga terlihat keriput dan kering. Kontak dengan cairan klorin dapat menyebabkan kulit dan mata terbakar.
3. Melalui inhalasi uap panas dan absorbsi melaui kulit. Paparan klorin yang berbahaya adalah melaui inhalasi uap panas dan absorbsi melalui kulit saat mandi menggunakan shower. Air shower yang hangat akan membuka pori-pori kulit dan menyebabkan peningkatan absorbsi klorin dan bahan kimia lainnya dalam air. Inhalasi sangat berbahaya mengingat gas klorin (kloroform) yang terhirup dapat langsung menuju aliran darah.1
4. Masuk ke saluran cerna melaui air atau makanan yang terkontaminasi. Menurut U.S. Council of Environmental Quality, risiko terjadinya kanker meningkat sebesar 93% pada penduduk yang mengonsumsi air berklorinasi dibandingkan dengan yang tidak mengandung klorin. Pada penelitian binatang, tikus yang terpapar klorin dan kloramin menderita tumor ginjal dan usus.
Dr. Joseph Price menulis sebuah buku yang kontroversal mengenai efek klorin dapat menyebabkan aterosklerosis, serangan jantung dan stroke. Dr. Price mengadakan percobaan pada ayam. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang diberi air minum berklorinasi dan yang tidak. Ketika dilakukan otopsi, kelompok yang terpapar klorin memperlihatkan penyakit jantung sistemik pada setiap spesimen. Kelompok yang tidak terpapar tidak menunjukkan hal demikian. Kelompok yang terpapar klorin menunjukkan sirkulasi yang buruk, bulu-bulunya rontok, kedinginan dan kurang aktif saat musim dingin tiba. (Sari, 2011)




























BAB III
MATERI DAN METODE


A. MATERI

1. Alat yang digunakan;
• Comparator Test Kit
2. Bahan yang diperlukan:
• Air sampel yang mengandung chlor 10 ml
• Aquades 10 ml
• DPD Free Chlorine Reagen 1 bungkus

B. METODE
Cara kerja yang dilakukan yaitu:
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Mengambil alat Comparator Test Kit dan memasukkan aquades sebanyak 10 ml ke dalam Cuvet Control
3. Memasukkan air sampel sebanyak 10 ml ke dalam Cuvet Sampel
4. Memasukkan 1 bungkus DPD Free Chlorine Reagen ke dalam Cuvet Sampel
5. Membandingkan warna yang sama antara Cuvet Control dan Cuvet Sampel
6. Melihat angka yang tertera pada Comparator
7. Mencatat angkanya sebagai nilai sisa chlor



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Setelah dilakukan pengukuran terhadap sampel diperoleh hasil besarnya nilai sisa chlor dalam air sampel adalah 0,9

B. PEMBAHASAN
Dalam praktikum pengukuran sisa Klor ini alat yang digunakan yaitu Komparator dish atau komparator test kit dengan bubuk DPD Free Chlorin Reagen sebanyak 1 bungkus. Caranya yaitu aquades sebanyak 10ml dimasukkan kedalam Cuvet control kemudian air sample sebanyak 10ml dimasukkan kedalam cuvet sample. Selanjutnya masukkan DPD Free Chlorin Reagen sebanyak 1 bungkus kedalam Cuvet sample. Setelah itu cuvet sample dikocok dan dbiarkan hingga tercampur. Baru setelah itu antara air sample dengan aquades dalam cuvet control dibandingkan dengan warna yang sama. Apabila warnanya sudah sama catat angka yang tertera sebagai kadar sisa chlor air sampel.
Di dalam bidang Kesehatan Lingkungan, pengukuran sisa klor ini berkaitan dengan bidang penyehatan air yaitu pada proses pengelolaan air bersih maupun air minum. Di dalam proses pengelolaan air bersih/air minum terdapat serangkaian proses yang pada tahap terakhirnya adalah proses Klorinasi atau penambahan klor sebagai zat desikfektan atau zat pembunuh kuman. Penambahan klor itu sendiri harus ada ambang batasnya terutama pada pengilahan air minum karena kadar klor yang terlalu tinggi di dalam air minum akan merusak sel dan system jaringan dalam tubuh.
Banyak dari kita yang sehari-harinya memakai air ledeng. Klorin, khlorin atau chlorine merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses khlorinasi. Sudah umum pula bahwa khlorinasi adalah proses utama dalam proses penghilangan kuman penyakit air ledeng, air bersih atau air minum yang akan kita gunakan. Sebenarnya proses khlorinasi tersebut sangat efektif untuk menghilangkan kuman penyakit terutama bila kita menggunakan air ledeng. Tetapi dibalik kefektifannya itu klorin juga bisa berbahaya bagi kesehatan kita. Dari berbagai studi, ternyata orang yang meminum air yang mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat mengalami keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati.
Kegunaan klorin
1. Desinfektan. Klorin digunakan untuk desinfeksi air termasuk air untuk mandi, kolam renang dan juga air minum. Klorin digunakan sebagai desinfektan air minum karena mempunyai efek dapat membunuh bakteri E. Coli serta Giardia dan harganya murah. Penambahan klorin pada air minum dimulai sejak tahun 1800. Sejak tahun 1904, penambahan klorin pada air minum menjadi standar yang harus dipenuhi penyedia layanan air minum hingga sekarang. Termasuk pada air PDAM kita lho. Cairan klorin juga dapat digunakan sebagai cairan pembersih alat-alat rumah tangga.2 Di bidang kesehatan, larutan klorin 0,5% telah sejak lama digunakan untuk dekontaminasi alat-alat bedah seperti jahit set dan partus set.3
2. Pemutih. Pada proses produksi kertas dan pakaian, klorin digunakan sebagai cairan pemutih (bleaching). Di pasaran, klorin dikemas sebagai agent pemutih pakaian dengan berbagai merk. Bahan dasarnya dibuat dari natrium hidroksida dan gas klor (gas klorin dialirkan ke dalam larutan natrium hidroksida sehingga membentuk natrium hipoklorit (NaOCL) yang disebut zat pemutih).
3. Senjata kimia. Karena efeknya yang sangat iritatif, gas klorin telah digunakan sebagai senjata kimia pada perang dunia ke II.





















BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai yang tertera pada komparator test kit adalah 0,9. Nilai tersebut merupakan nilai dari kadar chlorine dalam air sampel yang diteliti.

B. Saran

Chlorine merupakan zat kimia yang iritatif pada kulit. Maka hindari pemakain air yang mengandung klorin apalagi jika air tersebut digunakan untuk dikonsumsi. Jika harus menggunakan klorin perhatikan baik-baik efek samping yang dapat ditimbulkan dari klorin tersebut.












DAFTAR PUSTAKA


http://endahcicuit.blogspot.com/2011/06/laporan-praktikum-kimia-pemeriksaan.html. diakses tanggal 28 November 2011

http://smk3ae.wordpress.com/2010/02/08/pengukuran-residu-klorin/. Diakses tanggal 28 November 2011

http://aimyaya.com/id/teknologi-tepat-guna/awas-bahaya-klorin-pada-air-minum-kita/. Diakses tanggal 28 November 2011

http://kampungsehat.com/index.php?option=com_content&view=article&id=55:klorinkhlorinchlorinekaporitberbahayabagitubuh&catid=38:kampung-2&Itemid=1. Diakses tanggal 28 November 2011

http://saridoktermuda.wordpress.com/tag/manfaat-klorin/. Diakses tanggal 29 November 2011

http://ratziii3hhl0ust.blogspot.com/2011/04/analisis-residu-khlor-aktif.html. diakses tanggal 29 November 2011

Sabtu, 03 Desember 2011

laporan pengamatn Ekosistem Persawahan

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH EKOLOGI KESEHATAN
“EKOSISTEM PERSAWAHAN”






Disusun Oleh:
1. Ferdian Bulan Purbayu (B1003017)
2. Ferdian Indra Saputro (B1003018)
3. Fikri Nur Faozi (B1003019)
4. Imam Agung Fajarudin (B1003026)
5. Isnaini Candrawati (B1003028)





PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
TAHUN 2011

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Semua benda yang ada di dunia ini baik yang hidup maupun yang mati saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dipelajari dalam ilmu ekologi. Ekologi didefenisikan sebagai kajian yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup dengan lingkungan fisik dan biotik secara menyeluruh. Jadi dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ekologi itu adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (biotik dan abiotik) dalam suatu ekosistem
Organisme-organisme saling berinteraksi satu sama lain, dan juga berinteraksi dengan unsur-unsur abiotik yang ada di sekelilingnya. Jadi organisme-organisme dan komponen-komponen fisik lingkungan menyusun sebuah ekositem atau sistem ekologi. Komponen yang hidup, tumbuhan dan hewan, membentuk lingkungan biotik sedang komponen-komponen fisik merupakan lingkungan abiotik. Lebih jelasnya, bagian-bagian yang mengisi ekosistem antara lain terdiri dari, bahan-bahan anorganik seperti, persenyawaan organik seperti karbohidrat, unsur iklim dan cuaca seperti temperatur, kelembapan, tekanan udara dll, organisme produsen yang mampu memproduksi bahan makanan, dan organisme konsumen yang makan makhluk lain atau hasil produksinya.
Oleh karena itu, dengan adanya keanekaragaman di dalam ekosistem tersebut kami mengambil Ekosistem Persawahan sebagai judul peneletian ini.


B. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui macam-macam objek penyusun ekosistem sawah
2. Untuk mengidentifikasi komponen abiotik dan komponen biotic yang menyusun ekosistem persawahan
3. Untuk mengetahui interaksi-interaksi yang mungkin terjadi antar kelompok-kelompok penyusun ekosistem persawahan.


















BAB II
MATERI DAN METODE

A. Materi

1. Alat yang dibutuhkan:
• Alat tulis untuk mencatat
2. Bahan yang diperlukan:
• Ekosistem persawahan yang akan diamati

B. Metode
Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu:
1. Disiapkan buku lapangan dan dibuatkan catatan tentang hari/tanggal, waktu, kondisi lapangan
2. Dilakukan observasi dan diamati lokasi persawahan sebagai satu kesatuan ekosistem
3. Dicatat objek/benda hidup dan mati yang ditemyukan dalam ekosistem dan disajikan dalam table 2.1
4. Digambar ekosistem persawahan, lengkap dengan objek/benda yang penting serta lingkungan pembatas disekitarnya dan disajikan dalam gambar 2.1
5. Dari daftar objek/benda di table 2.1, dikelompokkan objek/benda tersebut dalam dua kelompok:
a. Komponen abiotik
b. Komponen biotic, kemudian disajikan pada table 2.2
6. Dilakukan identifikasi (berdasarkan binomial nomenklaturnya) terhadap komponen-komponen biotic (organism) yang dicatat dan disajikan pada table 2.3
7. Dilakukan pengelompokkan komponen-komponen biotic (organisme) tersebut berdasarkan fungsi ekologisnya seperti produser, consumer, decomposer dan berdasarkan trophiknya seperti herbivore, omnivor, dan karnivor
8. Digambarkan interaksi-interaksi yang mungkin terjadi antar kelompok-kelompok tersebut dalam bentuk diagram dan disajikan pada gambar 2.2
9. Dibandingkan antara hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan ekosistem lainnya dari artikel ilmiah yang telah dipublikasikan.


















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
(ada pada lampiran)

B. Pembahasan
Dari hasil yang telah diperoleh pada table dapat diterangkan sebagai berikut:

• Tabel 2.1 Daftar objek/ benda yang ditemukan dalam ekosistem
Pengamatan yang dilakukan pada tanggal 28 November 2011 pukul 11.00 WIB dengan temperature sekitar 280 C dan cuaca yang begitu cerah menghasilkan data seperti yang tertera pada table. Telah diketahui bahwa Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.
Salah satu contoh ekosistem itu sendiri adalah persawahan. Di dalam ekosistem persawahan terdapat hubungan timbale balik antara organism dengan lingkungannya. Seperti halnya ekosistem-ekosistem yang lain, ekosistem persawahan terdiri dari komponen-komponen benda hidup dan juga benda mati. Komponen-komponen penyususn ekosistem persawahan yang ada diantaranya yaitu padi sebagai populasi terbesar di ekosistem persawahan, ada juga berbagai macam tanaman lain seperti jagung, singkong, kunyit, talas dan rerumputan disekitar parit serta pepohonan lain disekitar persawahan. Selain tumbuhan juga terdapat berbagai macam binatang seperti belalang, semut, kadal, katak dan binatang yang bersayap seprti capung dan kupu-kupu. Terdapat juga komponen benda tak hidup seperti tanah dan air. Objek tersebut merupakan komponen-komponen ekosistem persawahan yang kemungkinan akan terjadi hubungan timbale balik diantara organism-organisme tersebut.

• Gambar 2.1 Pemetaan objek/benda dalam ekosistem
• Table 2.2 Komponen-komponen penyususn ekosistem
Setelah dilakukan pendataan mengenai objek yang terdapat dalam ekosistem persawahan selanjutnya dilakukan pengelompokkan objek tersebut berdasarkan sifatnya yaitu biotic dan abiotik. Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi distribusi organisme, yaitu:
abiotik
1. Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
2. Air. Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.
3. Garam. Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi.
4. Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
5. Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya di tanah.
6. Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.
Selain itu ekosistem juga terdiri dari factor biotic. Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa). Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:\
Autotrof / Produsen
Komponen autotrof terdiri dari organism yang dapt memanfaatkan sinar matahari untuk menghasilkan energy, sebagai bahan makanan untuk tumbuh dan berkembanag.
Heterotrof / Konsumen
Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
Pengurai / dekomposer
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu. Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu:
1. aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan
2. anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron /oksidan
3. fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai penerima elektron. komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton yang terapung di air sebagai komponen pengurai, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.

• Gambar 2.2 Komponen-komponen penyususn ekosistem


• Table 2.3 Komposisi organisasi dalam ekosistem berdasarkan fungsi ekologis dan trophiknya
1. Komponen Biotik (bio = hidup)
Komponen biotik meliputi semua makhluk hidup yang terdapat dalam ekosistem. Berdasarkan fungsinya, makhluk hidup dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Produsen
1. Autotrof = organisme yang mampu menyediakan makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.
2. Alga = sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki “organ” seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya).
3. Fitoplankton = salah satu komponen autotrof plankton yang memperoleh energi melalui proses fotosintesis sehingga mereka harus berada pada bagian permukaan (disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen yang memenuhi atmosfer Bumi.
b. Konsumen
1. Herbivora, konsumen yang hanya mengonsumsi tumbuhan dan merupakan konsumen tingkat pertama.
2. Karnivora, organisme pemakan daging saja dan juga memakan hewan herbivora sehingga disebut dengan konsumen kedua.
3. Omnivora, pemakan segala (tumbuhan dan hewan).
c. Dekomposer
Bakteri Saprofit = bakteri yang menguraikan tumbuhan atau hewan mati, serta sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri saprofit menguraikan protein, karbohidrat, dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana sehingga keberadannya sangat berperan dalam membersihkan sampah organik di lingkungan sekitar.
Hubungan Saling Ketergantungan
Hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik:
1. Komponen biotik memengaruhi komponen abiotik.
2. Komponen abiotik memengaruhi komponen biotik.
Hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dengan sesama komponen biotik:
1. Saling ketergantungan intraspesies (makhluk hidup sejenis).
2. Saling ketergantungan antarspesies (makhluk hidup tidak sejenis).
Saling ketergantungan antarspesies yang berbeda jenis juga terjadi dalam peristiwa makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan menimbulkan perpindahan materi dan energi. Hal ini akan membentuk jaring-jaring kehidupan yang terdiri dari:
1. Rantai Makanan
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan yang digambarkan secara skematis dalam bentuk garis lurus searah dan tidak bercabang.
Misalnya rumput >> belalang >> ayam >> ular, maka terjadi perpindahan energi dari produsen >> konsumen I >> konsumen II >> konsumen III.
2. Jaring-jaring Makanan
Beberapa rantai makanan dengan pola yang lebih rumit dari contoh rantai makanan di atas dan saling berkaitan membentuk sebuah jaring-jaring makanan. Misalnya ular tidak hanya makan ayam dan ayam tidak hanya makan belalang. Jaring-jaring makanan selalu berawal dari produsen dan diakhiri oleh pengurai. Bahan-bahan yang diuraikan itu akan kembali digunakan oleh produsen sehingga daur materi dan energi tidak pernah terputus.
3. Piramida Makanan
Piramida makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan perbandingan komposisi jumlah biomassa dan energi dari produsen sampai konsumen puncak dalam suatu ekosistem. Komposisi biomassa terbesar terdapat pada produsen yang menempati dasar piramida. Demikian pula jumlah energi terbesar terdapat pada dasar piramida. Komposisi biomassa dan energi ini semakin ke atas semakin kecil karena selama proses perpindahan energi terjadi penyusutan jumlah energi pada setiap tingkat trofik.

D. Jenis-Jenis Interaksi Antarorganisme
1. Hubungan Netral
Hubungan netral yaitu hubungan yang tidak saling memengaruhi. Namun sesungguhnya hubungan yang benar-benar netral tidak ada, sebab setiap organisme memerlukan komponen abiotik (udara, ruangan, air, dan cahaya) yang sama, sehingga timbul persaingan.
2. Hubungan Simbiosis
Hubungan simbiosis yaitu hubungan saling memengaruhi antara dua organisme. Hubungan simbiosis ada tiga jenis:
a. Simbiosis Mutualisme
Simbiosis mutualisme yaitu hubungan antara dua jenis organisme yang saling menguntungkan.
b. Simbiosis Komensalisme
Simbiosis komensalisme yaitu hubungan antara dua jenis organisme di mana yang satu diuntungkan dan yang lain tidak dirugikan saat saling berinteraksi.
c. Simbiosis Parasitisme
Simbiosis parasitisme yaitu hubungan antara dua jenis organisme yang merugikan salah satu pihak, sedangkan pihak yang lain diuntungkan saat berinteraksi.
3. Hubungan Kompetisi
Hubungan kompetisi terjadi jika dalam suatu ekosistem terjadi ketidakseimbangan, misalnya kekurangan air, makanan, dan ruang. Hubungan kompetisi dapat terjadi antara individu-individu dalam satu spesies maupun individu-individu yang berbeda spesies.
4. Hubungan Predasi
Hubungan predasi yaitu hubungan antara organisme yang memangsa dan organisme yang dimangsa.

• Gambar 2.3 Komposisi organisasi dalam ekosistem berdasarkan fungsi ekolohis dan trophiknya




















BAB IV
KESIMPULAN

Dari praktikum yang klami lakukan di ekosistem sawah, tepatnya di desa Bantarwaru, kami dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. komponen abiotik dan komponen biotic yang menyusun ekosistem persawahan adalah
a. Komponen biotik meliputi semua makhluk hidup yang terdapat dalam ekosistem. Berdasarkan fungsinya, makhluk hidup dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Produsen
b. Konsumen
c. Dekomposer
b. Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.Sedangkan Komponen abiotiknya antara lain :

1. Suhu
2. pH
3. Sinar matahari
4. Salinitas
5. Air
6. Udara
7. Kelembaban

4. Interaksi - interaksi yang terjadi antar kelompok-kelompok penyusun ekosistem persawahan yaiut adanya hubungan :
a. Hubungan Netral
b. Hubungan Simbiosis
1. Simbiosis Mutualisme
2. Simbiosis Komensalisme
3. Simbiosis Parasitisme
c. Hubungan Kompetisi
d. Hubungan Predasi

Laporan Kegiatan Penyuluhan HIV/AIDS

LAPORAN PRAKTIKUM PENYULUHAN
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (HIV/AIDS)
DI SMA NEGERI 1 KARANGKOBAR BANJARNEGARA
TAHUN 2011








Disusun oleh:
1. Andi Hermawan (B1003004)
2. Desi Presianawati (B1003007)
3. Estri Meisaroh (B1003012)
4. Febriana Purwandani (B1003015)
5. Ferdian Indra S (B1003017)
6. Hartati (B1003021)
7. Husni Mubarok (B1003022)
8. Ike Bhara WS (B1003025)
9. Isnaini Candrawati (B1003028)
10. Joni Wandono ATP (B1003029)




PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan kegiatan penyuluhan ini dengan baik tepat pada waktunya.
Karena terbatasnya kemampuan diri penulis, bantuan dari banyak pihak telah mendukung terselesaaikannya laporan kegiatan penyuluhan ini maka dari itu tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada orang tua, dosen pembimbing, dan teman-teman yang bersangkutan.
Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini sangat jauh sekali dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa penulis nantikan untuk pembuatan makalah selanjutnya yang lebih baik.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


Banjarnegara, Mei 2011


Penulis,













DAFTAR ISI





























BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Penyakit Menular Seksual atau PMS merupakan salah satu masalah di dunia kesehatan.Salah satu penyakit yang merupakan PMS adalah HIV/AIDS.HIV/AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yaitu HIV yang merusak system kekebalan tubuh manusia.Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki–laki dari Kinshasa di Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi.
Orang yang terkena penyakit HIV/AIDS akan mengalami penurunan kekebalan tubuh dan akan mudah sekali rentan terhadap penyakit. Pada umumnya mereka juga akan merasa rendah diri dan merasa dikucilkan di dalam masyarakat. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengobati penyakit HIV/AIDS.Oleh karena itu kita perlu melakukan hal yang dapat mencegah penyakit ini.Salah satu kegiatan pencegahannya yaitu melakukan kegiatan penyuluhan ini. Sasaran kegiatan ini yaitu anak-anak remaja seperti anak-anak SMA yang pada usia seperti mereka merupakan usia yang rentan terhadap hal-hal yang berbau pergaulan bebas. Karena salah satu penyebab HIV/AIDS yaitu pergaulan bebas maka kita mengambil masalah tersebut sebagai tema kegiatan penyuluhan di SMA N 1 Karangkobar.



B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan penyuluhan Penyakit Menular Seksual (HIV/AIDS) yaitu:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Komunikasi.
2. Untuk memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor penyebab, penyebaran, dampak serta penanggulangan PMS khususnya HIV/AIDS kepada para siswa SMAN 1 Karangkobar.
3. Untuk menghimbau agar siswa SMAN 1 Karangkobar terhindar dari Penyakit Menular Seksual khusunya HIV/AIDS.


























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang menyerang manusia dan binatang melalui transmisi hubungan seksual, seks oral dan seks anal (Wikipedia, 2011)
Menurut the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun.Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini.Hampir seluruh PMS dapat diobati.Namun, bahkan PMS yang mudah diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain, seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus, tidak dapat disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk dilakukan.
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut (Wikipedia,2011)
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara.Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua Negara (Wikipedia, 2011)
HIV berkembang dari infeksi menjadi suatu penyakit yang mengancam jiwa manusia, yaitu Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), dalam 4 fase berikut :
Fase 1:
Fase ini dimulai tepat setelah infeksi dan berlangsung selama beberapa minggu. Fase 1 ini ditandai dengan perasaan “tidak enak badan” seperti flu, meski pada 20% penderita terjadi flu yang parah. Tes HIV yang dilakukan pada fase ini mungkin menunjukkan bahwa anda tidak terinfeksi HIV.
Fase 2:
Fase ini adalah tahap yang terpanjang diantara keempat fase lainnya, bahkan dapat berlangsung hingga sepuluh tahun.Selama fase ini hampir tidak ada gejala serta penderita terlihat dan merasa sehat-sehat saja.Padahal sebenarnya, pada fase inilah virus sedang berkembang.Pelan-pelan HIV menghancurkan sel-sel CD4 dalam darah, yang berjumlah banyak sekali untuk melawan penyakit. Semakin sedikit sel CD4 yang anda miliki, sistem kekebalan tubuh anda semakin melemah dan anda akan semakin sulit untuk menghindari penyakit. Memang tubuh akan melawan dengan cara mengganti sel CD4 yang rusak atau hilang dengan yang baru sebanyak mungkin, tetapi selalu kalah cepat dibanding dengan pembiakan HIV dalam tubuh anda. Untuk membantu tubuh dalam memerangi HIV ini, para peneliti telah mengembangkan obat-obatan antivirus yang bisa dikonsumsi orang-orang dengan HIV.
Fase 3:
Fase ini dimulai ketika sel CD4 dalam tubuh sudah dikuasai virus yang pada tahap ini sudah banyak sekalidalam darah.Ketika sistem kekebalan tubuh sudah gagal, penyakitpun mulai menyerang.Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang biasanya dapat dilawan sistem kekebalan tubh dengan mudah, ironisnya penyakit inilah yang mnguasai dan mengendalikan tubuh yang terinfeksi HIV dan gejala penyakitpun berkembang. Pada awalnya gejala-gejala ini ringan, misalnya : lelah, diare, infeksi jamur, demam, berat badan terus menurun, berkeringat pada malam hari, pembengkakan kelenjar limpa, infeksi pada sekitar area mulut, atau batuk yang terus-menerus. Tetapi seiring dengan semakin melemahnya sistem kekebalan, gejala-gejala ini semakin parah.
Fase 4:
Ketika gejala-gejala penyakit (seperti tuberculosis atau cancer) menjadi semakin parah, selanjutnya penderita didiagnosis menderita AIDS. Pada fase ini obat-obatan antivirus hanya bisa memperlambat perkembangan virus ini. (Anonim, 2007)

B. Gejala dan Komplikasi
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV.Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh.Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
Pada orang dewasa, 3 tanda-tanda utama AIDS adalah:
1. Kehilangan 10% dari berat badan lebih dari satu bulan tanpa penyebab.
2. Diare lebih dari satu bulan.
3. Demam yang berlangsung selama lebih dari satu bulan baik konstan atau datang dan pergi
Pada orang dewasa, 5 tanda minor AIDS adalah:
1. Batuk kering yang tidak sembuh-sembuh.
2. Kulit gatal di seluruh tubuh.
3. Herpes zoster (mirip cacar air, atau disebabkan virus yang juga mengakibatkan cacar air, virus herpes) yang tidak kunjung sembuh.
4. Candidiasis, yang putih, mengangkat ruam pada mulut, lidah, atau tenggorokan.
5. Pembengkakan kelenjar (di leher, ketiak, atau selangkangan) dengan atau tanpa infeksi aktif.
Orang dewasa dapat didiagnosis mengidap AIDS, jika memiliki minimal 2 tanda-tanda utama dan satu tanda minor.Tapi, itu sudah cukup untuk membuat diagnosis AIDS jika seseorang mengidap kanker kulit (disebut Karposi, yang biasanya kemerah-merahan, ungu, atau bintik-bintik hitam pada kulit yang dapat menjadi besar dan menyakitkan) atau kriptokokal meningitis (infeksi pada meliputi otak yang menyebabkan demam, leher kaku, sakit kepala, kebingungan, dan ketidakmampuan untuk bangun).
Pada anak-anak, 3 tanda-tanda utama AIDS adalah:
1. Berat badan, atau pertumbuhan lambat.
2. Diare berat selama 14 hari atau lebih.
3. Demam selama lebih dari satu bulan.
Pada anak-anak, 5 tanda minor AIDS adalah:
1. Kulit gatal di seluruh tubuh.
2. Pembengkakan kelenjar (di leher, ketiak, atau selangkangan).
3. Candidiasis (bintik-bintik putih) di dalam mulut, lidah, atau tenggorokan.
4. Infeksi pada telinga, tenggorokan, dan infeksi lainnya.
5. Batuk yang tidak sembuh-sembuh. (Dimas, 2010)

C. Cara Penularan HIV/AIDS
HIV terdapat dalam sebagian cairan tubuh, yaitu:
1. Darah
2. Air mani
3. Cairan vagina
4. Air susu ibu (ASI)
HIV menular melalui:
1. Bersenggama yang membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang HIV-positif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi (yaitu senggama yang dilakukan tanpa kondom melalui vagina atau dubur; juga melalui mulut, walau dengan kemungkinan kecil).
2. Memakai jarum suntik yang bekas pakai orang lain, dan yang mengandung darah yang terinfeksi HIV.
3. Menerima transfusi darah yang terinfeksi HIV.
4. Dari ibu HIV-positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan jika menyusui sendiri.
Biasakan mempunyai sikat gigi dan pisau cukur sendiri, karena selain untuk kebersihan pribadi, jika terdapat darah akan ada risiko penularan dengan virus lain yang diangkut aliran darah (seperti hepatitis), bukan hanya HIV.

HIV tidak menular melalui:
1. Bersalaman, berpelukan
2. Berciuman
3. Batuk, bersin
4. Memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepon, kamar mandi, WC, kamar tidur, dll.
5. Gigitan nyamuk
6. Bekerja, bersekolah, berkendaraan bersama
7. Memakai fasilitas umum misalnya kolam renang, WC umum, sauna, dll.
HIV tidak dapat menular melalui udara.Virus ini juga cepat mati jika berada di luar tubuh.Virus ini dapat dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan dengan cairan pemutih (bleach) seperti Bayclin atau Chlorox, atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak luka (Anonim, 2009)
D. Pencegahan HIV/AIDS
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal).Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara umum dapat diabaikan. (Wikipedia, 2011)

E. Penanganan HIV/AIDS
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis (PEP). PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah. (Wikipedia, 2011)
1. Terapi Antivirus
Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirus yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART).Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak tahun 1996, yaitu setelah ditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor.Pilihan terbaik HAART saat ini, berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat (disebut "koktail) yang terdiri dari paling sedikit dua macam (atau "kelas") bahan antiretrovirus. Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) dengan protease inhibitor, atau dengan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV lebih cepat perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang dewasa, maka rekomendasi perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak daripada untuk orang dewasa. Di negara-negara berkembang yang menyediakan perawatan HAART, seorang dokter akan mempertimbangkan kuantitas beban virus, kecepatan berkurangnya CD4, serta kesiapan mental pasien, saat memilih waktu memulai perawatan awal.
Perawatan HAART memungkinkan stabilnya gejala dan viremia (banyaknya jumlah virus dalam darah) pada pasien, tetapi ia tidak menyembuhkannya dari HIV ataupun menghilangkan gejalanya. HIV-1 dalam tingkat yang tinggi sering resisten terhadap HAART dan gejalanya kembali setelah perawatan dihentikan.Lagi pula, dibutuhkan waktu lebih dari seumur hidup seseorang untuk membersihkan infeksi HIV dengan menggunakan HAART.Meskipun demikian, banyak pengidap HIV mengalami perbaikan yang hebat pada kesehatan umum dan kualitas hidup mereka, sehingga terjadi adanya penurunan drastis atas tingkat kesakitan (morbiditas) dan tingkat kematian (mortalitas) karena HIV.Tanpa perawatan HAART, berubahnya infeksi HIV menjadi AIDS terjadi dengan kecepatan rata-rata (median) antara sembilan sampai sepuluh tahun, dan selanjutnya waktu bertahan setelah terjangkit AIDS hanyalah 9.2 bulan.Penerapan HAART dianggap meningkatkan waktu bertahan pasien selama 4 sampai 12 tahun. Bagi beberapa pasien lainnya, yang jumlahnya mungkin lebih dari lima puluh persen, perawatan HAART memberikan hasil jauh dari optimal. Hal ini karena adanya efek samping/dampak pengobatan tidak bisa ditolerir, terapi antiretrovirus sebelumnya yang tidak efektif, dan infeksi HIV tertentu yang resisten obat.Ketidaktaatan dan ketidakteraturan dalam menerapkan terapi antiretrovirus adalah alasan utama mengapa kebanyakan individu gagal memperoleh manfaat dari penerapan HAART.Terdapat bermacam-macam alasan atas sikap tidak taat dan tidak teratur untuk penerapan HAART tersebut.Isyu-isyu psikososial yang utama ialah kurangnya akses atas fasilitas kesehatan, kurangnya dukungan sosial, penyakit kejiwaan, serta penyalahgunaan obat. Perawatan HAART juga kompleks, karena adanya beragam kombinasi jumlah pil, frekuensi dosis, pembatasan makan, dan lain-lain yang harus dijalankan secara rutin . Berbagai efek samping yang juga menimbulkan keengganan untuk teratur dalam penerapan HAART, antara lain lipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin, peningkatan risiko sistem kardiovaskular, dan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.Obat anti-retrovirus berharga mahal, dan mayoritas individu terinfeksi di dunia tidaklah memiliki akses terhadap pengobatan dan perawatan untuk HIV dan AIDS tersebut.
2. Penanganan Eksperimental
Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang sesuai untuk menahan epidemik global (pandemik) karena biaya vaksin lebih murah dari biaya pengobatan lainnya, sehingga negara-negara berkembang mampu mengadakannya dan pasien tidak membutuhkan perawatan harian.Namun setelah lebih dari 20 tahun penelitian, HIV-1 tetap merupakan target yang sulit bagi vaksin.Beragam penelitian untuk meningkatkan perawatan termasuk usaha mengurangi efek samping obat, penyederhanaan kombinasi obat-obatan untuk memudahkan pemakaian, dan penentuan urutan kombinasi pengobatan terbaik untuk menghadapi adanya resistensi obat. Beberapa penelitian menunjukan bahwa langkah-langkah pencegahan infeksi oportunistik dapat menjadi bermanfaat ketika menangani pasien dengan infeksi HIV atau AIDS. Vaksinasi atas hepatitis A dan B disarankan untuk pasien yang belum terinfeksi virus ini dan dalam berisiko terinfeksi. Pasien yang mengalami penekanan daya tahan tubuh yang besar juga disarankan mendapatkan terapi pencegahan (propilaktik) untuk pneumonia pneumosistis, demikian juga pasien toksoplasmosis dan kriptokokusmeningitis yang akan banyak pula mendapatkan manfaat dari terapi propilaktik tersebut. (Wikipedia, 2011)











BAB III
MATERI PENYULUHAN



A. Pengertian HIV/AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara.Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya.Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

B. Perbedaan HIV dan AIDS
Kasus AIDS pertama ditemukan di AS pada 1981, tetapi kasus tersebut hanya sedikit memberi informasi tentang sumber penyakit ini.Sekarang ada bukti jelas bahwa AIDS disebabkan oleh virus yang dikenal dengan HIV.Jadi untuk menemukan sumber AIDS kita perlu mencari asal-usul HIV. Asal-usul HIV bukan hanya menyangkut masalah akademik, karena tidak hanya memahami dari mana asal virus tersebut tetapi juga bagaimana virus ini berkembang menjadi penting sekali untuk mengembangkan vaksin HIV dan pengobatan yang lebih efektif. Juga, pengetahuan tentang bagaimana epidemi AIDS timbul menjadi penting dalam menentukan bentuk epidemi di masa depan serta mengembangkan pendidikan dan program pencegahan yang efektif.
Perbedaan antara HIV dan AIDS secara umum yaitu:
1. Pengidap HIV tidak ada gejala, masih dalam keadaan sehat dan tampak sehat dalam waktu lama kira kira 2-10 tahun(tidak dapat dibedakan dgn orang sehat).
2. Cara mengetahui hanya dengan tes HIV (tes darah)
3. Bila Antibodi positif terinfeksi HIV
4. Penderita AIDS adalah sama dengan pengidap HIV yang telah menunjukkan gejala penyakit infeksi daya tahan tubuh menurun yang disebabkan rusaknya sel darah putih.

C. Cara Penularan HIV/AIDS
Penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit yang menular melalui:
1. Bersenggama yang membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang HIV-positif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi (yaitu senggama yang dilakukan tanpa kondom melalui vagina atau dubur; juga melalui mulut, walau dengan kemungkinan kecil).
2. Memakai jarum suntik yang bekas pakai orang lain, dan yang mengandung darah yang terinfeksi HIV.
3. Menerima transfusi darah yang terinfeksi HIV.
4. Dari ibu HIV-positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan jika menyusui sendiri.
Biasakan mempunyai sikat gigi dan pisau cukur sendiri, karena selain untuk kebersihan pribadi, jika terdapat darah akan ada risiko penularan dengan virus lain yang diangkut aliran darah (seperti hepatitis), bukan hanya HIV.
D. Gejala dan Tanda Penyakit HIV/AIDS
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV.Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh.Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
HIV terdapat dalam sebagian cairan tubuh, yaitu:
1. Darah
2. Air mani
3. Cairan vagina
4. Air susu ibu (ASI)
Didalam masyarakat pandangan mengenai HIV/AIDS yang perlu diketahui yaitu:
1) HIV bisa menular dari kontak biasa.
2) nyamuk dapat menularkan HIV
3) seks oral tidak bisa menyebabkan HIV
4) ibu yang menderita HIV tidak bisa memiliki anak
5) HIV adalah hukuman mati

E. Pencegahan HIV/AIDS
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual,persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal).Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara umum dapat diabaikan. Jadi HIV/AIDS dapat dicegah dengan cara:
1. Menjauhi hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan
2. Bersikap saling setia terhadap pasangannya
3. Mencegah dengan pemakain kondom
4. Hindari pemakain narkoba dalam bentuk suntikan
5. Hindari seks bebas diluar nikah,
6. Dsb.









BAB IV
PELAKSANAAN

A. Hari dan Tanggal: Sabtu, 07 Mei 2011
B. Waktu dan Tempat: pukul 11:00 WIB-selesai di GOR SMA N 1 Karangkobar
C. Audiens: siswa-siswi SMA N 1 Karangkobar
D. Deskripsi Singkat Pelaksanaan
Dalam penyuluhan ini kelompok kami beranggotakan 10 Mahasiswa. Kami berangkat dari POLITEKNIK Banjarnegara pukul 09:00 WIB dan sampai di SMA N 1 Karangkobar pukul 10:30 WIB. Pada pukul 11:00 WIB kami mulai memperkenalkan anggota kelompok kami untuk mengawali penyuluhan. Setelah kami memperkenalkan anggota kami, kemudian materi penyuluhan mengenai HIV/AIDS mulai disampaikan kepada audiens. Semua audiens memperhatikan dengan seksama. Setelah semua materi disampaikan, kami membuka sesi diskusi dengan iteraksi antara audiens dan kelompok kami. Sesi diskusi ini berjalan sangat menarik, dimana para audiens sangat antusias mengikuti jalannya diskusi ini. Kami menyediakan dorprise yang kemudian diberikan kepada audiens yang aktif dalam sesi diskusi.
Sejalan dengan selesainya sesi diskusi berakhir pula serangkaian penyuluhan yang telah kami laksanakan.







BAB V
EVALUASI

A. Faktor Pendukung

1) Politeknik Banjarnegara
Politeknik Banjarnegara menyediakan sarana dan prasarana yang kami butuhkan dalam melaksanakan penyuluhan, seperti LCD, kamera, kenang-kenangan (Plakat dan kalender)
2) SMA N 1 Karangkobar
SMA N 1 Karangkobar memberikan kesempatan dengan mudah kepada kami untuk melaksanakan penyuluhan, selain itu juga memberikan tempat, audiens serta alat-alat yang mendukung seperti sound system.

B. Faktor Penghambat

1) Cuaca
Cuaca pada waktu pelaksanaan kurang mendukung karena pada saat itu hujan turun deras sehingga kami harus menunggu hujan reda.
2) Akses menuju SMAN 1 Karangkobar
Kami terhambat oleh jarak dan akses jalan menuju tempat tujuan yang cukup jauh dan cukup sulit untuk dilalui kendaran bermotor.









BAB VI
PENUTUP

Evaluasi dan Pengambilan Keputusan Yankes

MAKALAH MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
“EVALUASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PELAYANAN KESEHATAN”











Disusun Oleh:
1. Ike Bhara WS (B1003025)
2. Imam Agung F (B1003026)
3. Irma Setyani (B1003027)
4. Isnaini Candrawati (B1003028)
5. Joni Wandono ATP (B1003029)
6. Karomat (B1003030)




DIREKTORAT PERGURUAN TINGGI
PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
TAHUN 2011


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah Manajemen Pelayanan Kesehatan ini dengan baik tepat pada waktunya.
Karena terbatasnya kemampuan diri penulis, bantuan dari banyak pihak telah mendukung terselesaaikannya makalah Evaluasi dan Pengambilan Keputusan Pelayanan Kesehatan ini maka dari itu tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada orang tua, dosen pembimbing, dan teman-teman yang bersangkutan.
Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini sangat jauh sekali dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa penulis nantikan untuk pembuatan makalah selanjutnya yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


Banjarnegara, april 2011


Penulis,














DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
C. Rumusan Masalah 1

BAB II. PEMBAHASAN
A. Evaluasi Pelayanan Kesehatan 3
1. Pengertian Evaluasi 3
2. Ruang Lingkup Evaluasi 5
3. Langkah-Langkah Evaluasi Program 6
4. Mengevaluasi Pencapaian. 7
5. Mengevaluasi Kemajuan Pekerjaan 9
6. Menilai Kinerja Staff 10
7. Mengevaluasi Penggunaan Sumber Daya 10
8. Audit Manajemen 11
B. Pengambilan Keputusan Pelayanan Kesehatan 11
1. Pengertian Pengambilan Keputusan Pelayanan Kesehatan 11
2. Jenis-Jenis Keputusan 12
3. Kepastian, Risiko dan Ambiguitas. 13
4. Model Pengambilan Keputusan 13
5. Langkah-langkah Pengambilan Keputusan 15
6. Penentuan alternatif terbaik dan kriteria evaluasi alternatif. 17


BAB III. PENUTUP 19
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
DAFTARPUSTAKA 20





















BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Seiring dengan terjadinya perubahan politik makro akibat pelaksanaan desentralisasi kesehatan sebagai konsekuensi otonomi daerah, kini kewenangan, posisi dan peran dinas kesehatan kabupaten/kota mengalami perubahan.
Pada prinsipnya, dengan dilaksanakannya kebijakan desentralisasi, kewenangan dan peran yang tadinya dipegang oleh pemerintah pusat kini telah dialihkan kepada pemerintah daerah. Mengacu kepada konsep cara pandang organisasi sebagai makhluk hidup , maka agar suatu organisasi tetap hidup dan terus berkembang maka organisasi tersebut harus selalu beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut cara pandang ini pula, jika suatu organisasi gagal melakukan adaptasi dengan lingkungannya maka dipastikan organisasi tersebut akan sekarat atau bahkan mati. Demikian pula untuk organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dalam situasi lingkungan makro yang penuh perubahan tersebut maka dinas kesehatan kabupaten/kota harus segera melakukan adaptasi dengan lingkungan yang baru.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi
2. Untuk mengetahui ruang lingkup evaluasi
3. Untuk mengetahui langkah-langkah pembuatan evaluasi
4. Untuk mengetahui pengertian pelayanan kesehatan
5. Untuk mengetahui pengertian keputusan dan pengambilan keputusan pelayanan kesehatan
6. Untuk mengetahui jenis-jenis keputusan
7. Untuk mengetahui langkah-langkah pengambilan keputusan

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi?
2. Apa saja ruang lingkup evaluasi?
3. Apa aja langkah-langkah pembuatan evaluasi?
4. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan?
5. Apa yang dimaksud dengan keputusan dan pengambilan keputusan pelayanan kesehatan?
6. Apa saja jenis-jenis keputusan?
7. Apa saja langkah-langkah pengambilan keputusan?













BAB II
PEMBAHASAN

A. Evaluasi Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi dalam kegiatan kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting. Mengevaluasi secara sederhan berarti menguji/memperkirakan nilai dari. Istilah ini sering dipakai tidak tepat dengan arti “memeriksa” atau “mengukur” atau “menilai”. Namun evaluasi bergantung pada pemeriksaan atau pengukuran atau penilaian, yang harus dilakukan untuk mendapatkan informasi sehingga evaluasi dapat terlaksana. Secara umum, istilah evaluasi dipakai untuk keseluruhan proses pemeriksaan atau pengukuran dan penilaian akhir dari nilai.
Istilah “penilaian” (assesment) kadang-kadang dipakai sebagai sinonim untuk evaluasi. Dalam konteks ini, istilah tersebut sering kali dipergunakan dalam hubungannnya dengan pengamatan kinerja para siswa sewaktu mereka memperlihatkan ketrampilan atau kemampuan klinisnya dalam melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan atau para pekerja kesehatan sewaktu mereka menangani tugas perawatan kesehatan. Penilaian kinerja staf merupakan bagian yang penting dari evaluasi progam kesehatan, dan merupakan cara langsung untuk mengukur mutu perawatan kesehatan.
Pengertian evaluasi pelayanan kesehatan menurut WHO adalah cara belajar yang sistematis dari pengalaman yang dimiliki untuk meningkatkan pencapaian, pelaksanaan program melalui pemilihan secara seksama berbagai kemungkinan. Menurut The American Public Asociation Evaluasi pelayanan kesehatan adalah proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan pelaksanaan program dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut The International Clearing House evaluasi adalah proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil dengan tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, kemudian diambil kesimpulan dan penyusunan saran-saran pada tiap tahap pelaksanaan program.
Tujuan manajemen dan sifat keputusan-keputusan manajemen yang berkaitan dengan evaluasi adalah keputusan yang berhubungan dengan tim kesehatan, yaitu:
1. Efektifitas atau pencapaian hasil, yang harus dievaluasi yaitu:
• Apakah hasilnya sesuai dengan yang diharapkan?
• Apakah hasilnya bernilai?
Jika jawaban dari kedua pertanyaan itu “Iya” maka keputusan yang paling mungkin adalah meneruskan rencana. Tetapi jika kedua jawaban itu adalah “Tidak”, keputusan berikutnya biasanya adalah mengubah tujuan atau atau kegiatan atau keduanya.
2. Kinerja kegiatan, yang harus dievaluasi yaitu:
• Apakah hasil yang dicapai telah sebaik-baiknya?
• Bila tidak, mengapa?
Bila hasil yang telah dicapai adalah hasil yang sebaik-baiknya, keputusan tidak akan diubah. Namun, bila hasil kurang dari yang diharapkan semula, keputusannya adalah mengubah rancangan kegiatan atau penggunaan staf atau sumber daya lain.
3. Efisiensi atau penggunaan sumber daya secara ekonomis, yang harus ditanyakan yaitu:
• Dapatkah hasil yang sama dicapai dengan biaya yang lebih sedikit?
• Bila iya, dengan mengganti sumber daya yang mana dari yang telah digunakan?
Bila hasil dapat dicapai dengan biaya yang lebih murah, maka keputusan berikutnya adalah menggunakan sumber daya dengan lebih hemat. Jenis keputusan “control” seperti ini dapat diambil, misalnya dalam mempersiapkan anggaran kerja tahunan.
Evaluasi dapat dilakukan pada waktu yang berbeda dan dengan cara yang berlainan, tetapi tetap mengikuti beberapa prinsip umum. Pendekatan umum dalam evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Pengukuran atas pencapaian yang diamati.
b. Perbandingan dengan norna, standar atau hasil yang didinginkan.
c. Penilaian sampai sejauh mana nilai dapat dipenuhi.
d. Analisis penyebab kegagalan.
e. Keputusan (umpan balik)

2. Ruang Lingkup Evaluasi
Ruang Lingkup evaluasi ada bermacam-macam. Menurut para ahli seperti Deniston ruang lingkup evaluasi ada 3 yaitu:
a. Kelayakan program (kesesuaian hasil dengan sikon)
b. Kecukupan program (hasil dibandingkan dengan tujuan)
c. Efektivitas program (hasil dapat menyelesaikan masalah), efisiensi (hasil dengan penggunaan sumber daya)
Menurut George James, ruang lingkup evaluasi program ada 4 yaitu:
a. Upaya program (berbasis pada masalah)
b. Penampilan program (bandingkan rencana)
c. Ketepatan penampilan program (dibandingkan dengan tujuan)
d. Efisiensi program (penggunaan sumber daya)
Menurut Milton R Roemer, ruang lingkup evaluasi ada 6 yaitu:
a. Status kesehatan yang dihasilkan
b. Kwalitas pelayanan
c. Kwantitas pelayanan
d. Sikap masyarakat terhadap program
e. Sumber daya
f. Biaya.
Menurut Blum, ada 6 ruang lingkup yaitu:
a. Pelaksanaan program
b. Pemenuhan kriteria
c. Efektivitas program (keberhasilan dengan tujuan dan kemampuan mengatasi masalah)
d. Efisiensi program (dikaitkan dengan pengguanaan)
e. Keabsahan hasil
f. Sistem yang digunakan.
3. Langkah-Langkah Evaluasi Program
Seperti halnya ruang lingkup evaluasi, langkah-langkah evaluasi juga bermacam-macam dan berebeda beda menurut para ahli. Menurut Mac Mohan yaitu
a. Menentukan macam dan ruang lingkup penilaian
b. Pemahaman program yang akan dinilai
c. Pelaksanaan penilaian
d. Penarikan kesimpulan
Menurut Audi Knutson langkah-langkah evaluasi yaitu:
a. Pemahaman terhadap program
b. Penegmbangan rencana penilaian
c. Pelaksanaan penilaian
d. Penarikan kesimpulan
Menurut Lavey and Loombo yaitu:
a. Menentukan tujuan evaluasi
b. Merumuskan tujuan evaluasi
c. Pengembangan model, rencana dan program evaluasi
d. Pelaksanaan evaluasi
e. Penggambaran tingkat keberhasilan
f. Menyusun saran
Menurut WHO yaitu:
a. Penetuan hal yang akan dievaluasi
b. Mengumpulkan informasi/keterangan
c. Pemeriksaan informasi dengan tujuan penilaian
d. Penilaian kecukupan informasi
e. Menetapkan kemajuan program
f. Menetapkan efektifitas program
g. Menetapkan efisiensi program
h. Menetapkan dampak
i. Menarik kesimpulan dan penyusunan saran
4. Mengevaluasi Pencapaian.
Mengevaluasi efektivitas sutau program adalah menentukan nilai dari hasil yang dicapai oleh tim kesehtan. Evalusai memerlukan diadakannya pengukuran sejauh mana masyarakat mendapatkan pelayanan yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan menilai berapa besar keuntungan yang mereka dapat dari pelayanan ini. Informasi yang dikumpulkan dipakai untuk memperbaiki kuantitas, kualitas, eksesibilitas, efisisensi, dan nilai sebaigainya, dari pelayanan. Dua pertanyaan yang harus diajukan yaitu:
• Apakah hasil yang didapat merupakan hasil yang diharapkan?
• Apakah hasil-hasil itu beararti/bernilai?
Pendekatan umum dalam evaluasi (dalam hal ini, untuk efektifitas) terdiri dari kelima langlah berikut ini:
a. Menentukan aspek apa dari program yang akan dievaluasi dan bagaimana cara pengukuran efektifitas.
Pada prinsipnya, sebuah rencana harus memerinci bagaimana cara setiap program atau kegiatan yang ada didalamnya akan dievaluasi dan hal-hal apa yang akan dianggap sebagai bukti pencapaian tujuan.. Misalnya bila rencana berisi sasaran insidensi suatu penyakit maka harus dicantumkan juga pencapaian sasaran yang akan diukur seperti insidensi tahunan penyakit tersebut dalam tiap jumlah polpulasi yang dibandingkan; angka penurunan insidensi dari satu tahun ke tahun berikutnya; penyebaran kasusu baru disetiap wilayah. Dengan demikian variabel tersebut merupakan ukuran langsung atas efektifitas program.
Apabila sewaktu perencanaan target sementara tidak ditetapkan, mereka yang bertanggungjawab memantau dan mengevaluasi harus memutuskan pada permulaan program informasi apa yang harus dikumpulkan untuk mementau dan mengevaluasi program. Idealnya, informasi dasar ( misalnya, insidensi tahunan dan penyebaran tetanus sebelum target ditetapkan) harus didapatkan dahulu. Namun, informasi ini mungkin harus dikumpulkan atau dikonfirmasi pada awal program, dan bila perlu target diubah sesuai kebutuhan, bila tidak, akan sulit ditentukan dengan pasti apakah insidensi memang menurun atau apakah penurunan insidensi itu disebabkan oleh program yang berjalan.

b. Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk memberikan bukti.
Pada evaluasi, informasi yang dibutuhkan untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan harus selalu tersedia sepanjang periode waktu yang direncanakan. Dengan demikian, sesuai dengan tujuan dalam contoh ini, setiapkasus tetanus neonatarum harus dilaporkan kepada kelompok pemantau dan pengevaluasi, dan harus dibuat pengaturan tertentu agar informasi dapat diperoleh secara teratur dalam jangka waktu tertentu (misalnya sekali seminggu atau dalam tanggal tertentu setiap bulan).
Harus ada seseorang (misalnya petugas kesehatan sukarela) di tiap desa yang bertanggungjawab mencatat dan melaporkan informasi tersebut, dan seorang anggota staff pusat kesehatan (misalnya bidan perawat kesehatan masyarakat) yang bertanggungjawab mengumpulkan dan mengolah informasi pada setiap akhir jangka waktu tiga bulan.

c. Membandingkan hasil dengan target atau tujuan
Pada tiap titik pemantauan (misalnya setiap 3 bulan ata pada akhir tahun), informasi yang dikumpulkan harus dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan untuk periode atau waktu tertentu dan untuk tiap-tiap daerah. Informasi sebaiknya dipaparkan dalam sebuah label yang memperlihatkan data-data berdasarkan tahun (atau jangka waktu lainnya yang telah ditetapkan) dan tempat (misalnya tap desa di wilayah). Anka yang terekam dalam table harus diubah menjadi angka perbaningan (persen atau perseribu) untuk memudahkan pembandingan, kecuali bila target itu sendiri dinyatakan dalam angka bukan perbandingan.

d. Menentukan apakah dan sejauh mana target dan tujuan telah dicapai
Setelah dibuat pengukuran dan perbandingan, kelompok pengevaluasi harus memberikan penilain kepada masyarakat tentang apa yang telah dicapai. Dalam contoh yang dipakai disii hanya berupa apakah insidensi tahunan dan total tetanus telah diturunkan sampai angka target yang ditentukan, dan apakah norma distribusi (misalnya tidak lebih dari satu kasus di tiap desa) telah tercapai. Dengan demikian, bila prinsip manajemen dengan pengecualian diterapkan, mungkin tidak ada lagi hal-hal yang perlu dibahas. Namun biasanya dianjurkan untuk mengadakan pertemuan dengan mereka yang merencanakan dan menjalankan pelayanan serta dengan anggota masyarakat yang berkepentingan untuk mendiskusikan hasil-hasilnya dan bagaiman hasil tersebut diperoleh, walaupun tujuan atau target telah tercapai. Misalnya, mungkin target dapat dicapai lebih cepat tanpa perlu usaha tambahan, atau untuk mencapai hasil yang lebih baik dengan usaha yang sama. Pengalaman yang didapat dari pencapaian target atau tujuan akan berharga untuk program lainnya.
Bila hasil yang didapat jauh berada di bawah yang diharapkan, penyebabnya harus dicari dianalisis. Analisis ini harus diadakan sebelum laporan tahunan dibuat, sehingga tindakan perbaikan dapat diajukan kepada tingkat yang lenih tinggi atau kepada pengawas. Diskusi harus melibatkan seorang anggota timkesehatan, seorang sukarelawan kesehatan dari desa atau daerah yang mengalami kegagalan, dan seorang wakil masyarakat yang berkepentingan.

e. Menentukan apakah program akan diteruskan tanpa perubahan, diubah, atau dihentikan.
Pada prinsisp manajemen dengan pengecualian, tidak ada keputusan baru yang perlu diambil bila target dan tujuan telah tercapai dengan memuaskan, selain melanjutkan kegiatan seperti sebelumnya. Tentu saja, tujuan dan target dapat ditetapkan terlalu rendah, dan hal ini harus dipikirkan bila target tersebut terbukti mudah dicapai. Namun, bila pencapaian tidak memuaskan, satu jenis keputusan, yang harus dibuat mungkin adalah dengan memyelidiki secara seksama penyebab kegagalan itu melalui penilaian, penaksiran kinerja staff, audit manajemen atau lainnya. Suatu jenis keputusan yang lain dapat berupa pemindahan staf atau sumber daya untuk memperkuat usaha ke tempat yang memerlukan. Keputusan-keputusan ini merupakan tugas pemimpin tim; keputusan harus diambil dengan tepat dan didiskusikan dengan semua yang berkepentingam untuk tidakan segera.

5. Mengevaluasi Kemajuan Pekerjaan
Kemajuan pekerjaan dievaluasi untuk mengukur tingkat efisiensi tim kesehatan, yaitu untuk mengetahui apakah setelah menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan untuk mencapai target (kuantitas), apakah mutu pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan dan apakah pekerjaan diselesaikan tepat waktu, dan apakah terjadi pemborosan anggaran atau tidak. Evaluasi efisiensi meliputi 5 langkah serupa seperti:
a. Memutuskan aspek-aspek apa dari program yang akan dipakain untuk mengevaluasi efisiensi, dan bagaimana cara mengukur atau menilai efisiensi
b. Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk mengukur pencapaian
c. Membandingkan hasil dengan norma dan standar
d. Menetukan nilai kerja yang telah dicapai
e. Menetukan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

6. Menilai Kinerja Staff
Perlu diingat bahwa tujuan utama evaluasi adalah belajar dari pengalaman, sehingga program dapat diperbaiki. Kinerja staff dinilai agar para staff dapat belajar dari pengalaman dan oleh karenanya dapat meningkatkan atau mempertahankan kinerjanya yang baik.
Satu tujuan khusus dari penilaian kinmerja staff adalah agar dapat diambil keputusan-keputusan mengenai kebutuhan belajar staff. Proses penilaian juga melibatkan lima langkah berikut ini:
a. Menetukan aspek kinerja apa yang akan dinilai
b. Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menilai kinerja
c. Membandingkan hasil-hasil dsengan norma yang relevan
d. Menilai derajat pencapaian norma
e. Menentukan langkah selanjutnya.

7. Mengevaluasi Penggunaan Sumber Daya
Konsep dan metode pemantauan dan pengawasan telah diperkenalkan sebagai perangkat manajemen untuk mengmbil keputusan sehari-hari tentang alokasi sumber daya. Evaluasi berbeda dengan pemantauan karena ia menekankan bagaimana pemakaian sumber daya sehubungan dengan hasil yang dicapai selama jangka waktu tertentu. Lima langkah yang digunakan dalam hal ini adalah:
a. Mementukan aspek apa dari penggunaan sumber daya yang akan dievaluasi
b. Mengumpulkan informasi yang diperlukan
c. Membandingkan penggunaan sumber daya dengan norma dan standar
d. Menilai derajat pencapain norma
e. Menetukan sumber daya pada masa mendatang

8. Audit Manajemen
Audit manajemen adalah suatu metode untuk mengkaji ulang kegiatan manajemen, audit kini merupakansuatu daftar periksa yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan manajemen. Audit Manajemen dapat digunakan sebagai alat oleh pekerja kesehatan yang memiliki fungsi manajemen untuk memeriksa kegagalan atau keberhasilan mereka sendiri, atau dapat juga dipakai oleh pengawas untuk menilai efisiensi manajemen suatu organisasi. Prosesnya dapat sangat rumit, mencakup setiap aspek organisasi manajemen, atau sangat sederhana, menanyakan beberapa pertanyaan yang dibuat dengan seksama untuk mengungkapkan standar umum organisasi dan efisiensi.

B. Pengambilan Keputusan Pelayanan Kesehatan
1. Pengertian Pengambilan Keputusan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan dapat diartikan sebagai:
a. Penentuan serangkaian untuk mencapai tujuan tertentu
b. Pemilihan alternatif dengan menggunakan metode tertentu guna kepentingan organisasi dalam upaya memecahkan masalah manajerial
c. Kegiatan yang meliputi perumusan masalah, pembahasan alternatif, penilaian dan pemilihan alternatif bagi penyelesaian masalah.
Pelayanan kesehatan adalah sesuatu yang penting karena apabila dapat mengambil keputusan dengan baik maka produktifitas, efisiensi kerja meningkat maka dengan demikian tujuan organisasi akan tercapai.

Keputusan (decision) adalah pilihan yang dibuat dari beberapa alternatif yang tersedia. Banyak orang berasumsi bahwa pembuatan pilihan adalah bagian terbesar dalam pengambilan keputusan, tetapi sebenarnya hanya merupakan salah satu bagiannya.
Pengambilan keputusan (decision making) adalah proses identifikasi masalah dan kesempatan dan kemudian memecahkannya. Pengambilan keputusan melibatkan usaha baik sebelum maupun sesudah pilihan aktual.
2. Jenis-Jenis Keputusan
Keputusan-keputusan manajemen biasanmya dibedakan menjadi dua kategori yaitu keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram.
a. Keputusan terprogam (programmed decision) melibatkan situasi yang cukup sering terjadi untuk memungkinkan aturan keputusan (decision rules) dapat dibangun dan diterapkan di masa depan. Keputusan terprogram dalam menanggapi masalah-masalah organisasi yang terjadi berulang-ulang. Keputusan untuk memesan ulang kertas dan alat-alat kantor lainnya ketika persediaan berkurang pada level tertentu merupakan keputusan terprogram. Keputusan terprogram lainnya berkenaan dengan tipe ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengisi pekerjaan tertentu titik pemesanan kembali bagi persediaan manufaktur laporan pengecualian (exception reporting). Bagi pengeluaran anggaran 10 % atau lebih, dan seleksi terhadap rute angkutan pengiriman produk. Ketika manajer memformulasikan aturan keputusan, para bawahan dan anggota lainnya dapat membuat keputusan, membebaskan manajer untuk menangani tugas yang lain.
b. Keputusan tidak terprogram (non programmed decision) dibuat dalam menanggapi situasi yang unik, tidak familiar, dan tidak terstruktur dengan jelas, dan menimbulkan banyak konsekwensi-konsekwensi penting bagi organisasi. Banyak keputusan tidak terprogram melibatkan perencanaan strategis, karena ketidakpastian begitu besar dan keputusan merupakan hal yang sangat kompleks. Keputusan untuk membangun pabrik baru, mengembangkan produk atau pelayanan baru, memasuki pasar geografis baru, atau merelokasi markas besar ke kota lain semuanya merupakan keputusan tidak terprogram. Ketika CEO baru AT dan T Michael Amstrong memutuskan untuk menjual dua unit bisnis yang tidak terkait dan membeli Teleport Communication, sebuah perusahaan telepon lokal, ia membuat keputusan tidak terprogram. Armstrong dan sejumlah manajer puncak harus menganalisasi masalah yang kompleks, mengevaluasi beberapa alternatif dan membuat pilihan mengenai cara bagaimana menghidupkan kembali perjuangan perusahaan. Keputusan yang diambil amstrong telah meningkatkan moril karyawan dan mengibarkan kembali harga saham AT&T.
3. Kepastian, Risiko dan Ambiguitas.
a. Kepastian (certainly) adalah informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan tersedia yang secara lengkap. Para manajer memiliki informasi mengenai kondisi operasi, biaya atau batasan-batasan sumber daya, dan masing-masing tindakan dan kemungkinan perolehan hasil.
b. Ketidakpastian (uncertainly) adalah berarti bahwa manajer mengetahui sasaran mana yang ingin diraih, tetapi informasi mengenai alternatif dan kejadian-kejadian di masa depan tidak lengkap. Manajer tidak memiliki informasi yang cukup jelas mengenai beberapa alternatif atau untuk mengestimasi resikonya.
c. Risiko (risk) adalah sebuah keputusan memiliki sasaran jelas dan didasarkan pada informasi yang baik, namun demikian konsekwensi-konsekwensi masa depan dari masing-masing alternatif keputusan tidak pasti. Walau demikian, informasi yang cukup memungkinkan estimasi peluan keberhasilan bagi masing-masing alternatif.
d. Ambiguitas, selama ini dianggap sebagai situasi keputusan tersulit yang harus dilakukan. Ambiguitas (ambiguity) memiliki arti bahwa sasaran-sasaran yang harus diraih atau masalah yang harus diselesaikan tidak jelas, altrernatif-alternatif sulit didefinisikan, dan informasi mengenai hasil yang diharapkan tidak tersedia. Ambiguitas adalah apa yang dirasakan murid-murid ketika para guru menciptakan kelompok-kelompok, berkata pada masing-masing kelompok untuk menyelesaikan proyek, tanpa memberikan topik, petunjuk, atau apapun arahan lainnya. Ambiguitas juga disebut segabagai masalah keputusan yang “hebat”. Para manajer mengalami waktu-waktu sulit dalam menyerap berbagai isu. Masalah-masalah besar berasosiasi dengan konflik manajer terhadap sasaran dan alternatif keputusan, kondisi lingkungan yang berubah dengan cepat, informasi yang membingungkan, dan hubungan yang tidak jelas antar elemen keputusan.
4. Model Pengambilan Keputusan
a. Model klasik(classical model)dalam pengambilan keputusan didasarkan pada asumsi ekonomis.Model ini telah muncul sejalan dengan literatur manajemen karena para manajer diharapkan dapat membuat keputusan yang bijaksana terutama apabila ditinjau dari sisi ekonomis sesuai dengan kepentingan terbaik organisasi. Asumsi yang yang mendasari model ini adalh sebagai berikut :
 Pengambil keputusan beroprasi untuk mencapai sasaran yang telah diketehui dan disetujui sebelumnya. Masamah-masalah diformulasikan dan didefinisikan secara tepat.
 Pengambil keputusan berjuang keras menciptakan kepastian, mengumpulkan informasi secara lengkap. Seluruh alternatif hasil dan hasil potensial dikalkulasikan.
 Mengetahui kriteria untuk mengevaluasi alterntif. Pengambil keputusan menyeleksi alternatif yang akan memaksimalkan pendapatan ekonomis bagi organisasi.
 Pengambil keputusan adalah orang yang rasional dan menggunakan logika untuk menentukan nilai, menyusun preferensi,mengevaluasi alternatif, dan membuat keputusan yang dapat memaksimalkan pencapaian sasaran organisasional.
Model klasik sering dianggap normatif, artinya hal tersebut menjelaskan bagaaimana sebaiknya seorang pembuat keputusan membuat keputusan. Namun tidak menjelaskan bagaimana manajer pada kenyataanya membuat keputusan, hanya menyajikan petunjuk bagaimanameraih hasil yang ideal bagi organisasi. Nilai dari model klasik adalah kemampuannya untuk membantu pembuat keputusan menjadi lebih rasional.
b. Model administratif (administratif model) pengambilan keputusan mendeskripsikan tentang bagaimana para manajer membuat keputusan secara aktual pada situasi yang sulit, seperti yang telah dicirikan melalui keputusan tidak terprogram, ketisakpastian, dan ambiguitas. Banyak keputusan manajer tidak diprogram secukupnya agr memberikan diri mereka kemudahan hitungan. Para manajer tidak sanggup membuat keputusan rasional secara ekonomois bahkan pada saat mereka ingin melakukannya.
c. Model Politis sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan tidak terprogram ketika kondisi berada dalam ketidakpastian, informasi terbatas, dan sedikit persetujuan antar manajer. Mengenai sasaran apa yang harus diikuti atau tindakan apa yang harus dimbil. Sebagian besar keputusan organisasional melibatrkan sejumlah manajer yang mengejar sasaran-sasaran berbeda, dan mereka harus saling berbicara agar dapat berbagi informasi dan mencapai persetujuan. Para manajer kerap terikat dalam pembentukan koalisi untuk pengambilan keputusan organisasional yang kompleks. Koalisi (Coalition) adalah aliansi informal antara manajer-manajer yang mendukung satu tujuan spesifik. Model politis menyerupai lingkungan riil dimana kebanyakan manajer dan pembuat keputusaan beroprasi. Keputusan adalah hal yang sangat kompleks dan melibatkan sejumlah orang, informasi terkadang membingungkan, dan kjetidaksetujuan serta konflik antar masalah dan solusinya merupakan hal yang normal. Asumsi dasar model politi adalah:
a. Organisasi terdiri atas kelompok-kelompok dengan kepentingan yang beragam, sasaran, dan nilai-nilai. Manajer-manajer tidak setuju mengenai priorits masalah dan mungkin tidak memahami atau mengetahui minat dan sasaran manajer-manajer lain.
b. Informasi terkadang membingungkan dan tidak lengkap. Upaya untuk rasional dibatasi oleh kompleksitas berbagai masalah sebagaimana halnya batasan-batasan individu dan organisasional.
c. Manajer tidak memiliki wktu, sumber daya, atau pasitas mental untuk mengidentifikasi semua dimensi permsalahan dan pemrosesan seluruh informasi yang relevan.
d. Para manajer terikat dengan perdebatan tarik ulur untuk memutuskan sasaran dan mendiskusikan berbagai alternatif.

5. Langkah-langkah Pengambilan Keputusan
a. Pengakuan terhadap Persyaratan Keputusan
Kesadaran terhadap masalah atau kesempatan adalah langkah pertama dalam urutan keputusan dan membutuhkan pengamatan lingkungan internal dan eksternal bagi isu-isu yang membutuhkan perhatian eksekutif. Hal tersebut menyerupai konsep militer dalam pengumpulan inteligen. Para manajer memahami dunia sekitar mereka untuk mnentukan apakah organisasi mengalami kemajuan mencapai sasaran dengan memuaskan.
b. Diagnosis dan Analisis Penyebab
Ketika masalah dan kesempatan telah menarik perhatian manajer, pemahaman situasi harus diperjelas. Diagnosis (diagnosis) adalah salah satu langkah dalam proses pengambuilan keputusan, dimana manajer menganalisi faktor-faktor sebab-akibat yang mendasari dan berhungan dengan situasi pengambilan keputusan. Manajer membuat kesalahan dalam hal ini apabila mereka langsung meloncat menuju alternatif lain tanpa mengeksplorasi terlebih dahulu secara mendalam penyebab masalah.
c. Pengembangan Alternatif
Pada saat masalah atau kesempatan telah dapat dikenali dan dianalisis membuat keputusan mulai mempertimbangkan untuk melakukan tindakan yang diperlukan. Langkah berikutnya adalah menghasilkan alternatif solusi yang mungkin dapat menanggapi kebutuhan situasdi dan memperbaiki sebab-sebab yang mendasari.
Bagi keputusan terprogram, berbagai alternatif yang dapat dilaksanakan pada umunya, mudah diidentifikasi dalam penyerahan, telah tersedia dalam aturan dan prosedur organisasi. Adapun keputusan tidak terprogram, membutuhkan pengembangan tindakan-tindakan baru yang akan memenuhi kebutuhan perusahaan. Keputusan yang dibuat dalam kondisi dengan ketidakpastian tinggi, para manajer akan mengembangkan satu atau dua solusi yang akan memuaskan dalam penangan masalah.
d. Pemilihan Alternatif yang Diharapkan
Ketika beberapa alternatif yang mungkin telah dikembangkan harus dipili salah satu. Keputusan pilihan adalah seleksi yang paling menjanjikan dari beberapa alternatif tindakan. Alternatif terbaik menyediakan solusi trbaik sesuai dengan sasaran menyeluruh dan nilai-nilai organisasi, serta dapat mencapai hasil yang diharapkan dengan penggunaan sumber daya seminimal mungkin. Manajer berusaha memilih pilihan dengn tingkat risiko dan ketidakpastian paling sedikit karena sejumlah risiko melekat pada keputusan-keputusan terprogram, para manajer berusaha untuk memperkirakan prosepek keberhasilannya.
e. Implementasi alternatif yang dipilih
Termasuk dalam implementasi (implementation) adalah penggunaan kemampuan manajerial, administratif, dan persuasif untuk meyakinkan alternatif yang dipilih dapat dikerjakan. Hal ini serupa dengan ide implementasi strategis. Keberhasilan puncak dari alternatif yang dipilih tergantung pada apakah alternatif tersebu dapat diterjemahkan menjadi tindakan. Kadang-kadang sebuah alternatif tidak akan pernah menjadi kenyataan karena manajer kekurangan sumber daya atau energi yang diperlukan untuk membuat segala sesuatunya terjadi. Implementasi mungkin membutuhkan diskusi dengan orang-orang yang terkena dampak oleh keputusan tersebut. Komunikasi, motivasi, dan ketrampilan kepemimpinan harus digunakan untuk mengetahui bahwa keputusan yang diambil dan dilaksanakan.
f. Evalusi dan Umpan Balik
Dalam tahap evaluasi (evaluation stage) pada proses keputusan, pembuat keputusan mengumpulkan informasi yang dapat memberitahukan mereka seberapa baik iplementasi strategi dan apakah hal tersebut dapt digunakan secara efektif untuk meraih sasaran.

6. Kendala-kendala dalam pembuatan keputusan
a. Perumusan Masalah, kendala di dalamnya yaitu:
• Menyelesaikan masalah menurut penyelesaian yang ingin diusulkan,
• Merumuskan secara sempit dan menuju tujuan yang lebih rendah,
• Mendiagnosis masalah berdasarkan gejala yang terlihat.
b. Identifikasi/pengembangan alternatif, terdapat masalah yaitu memperdebatkan alternatif yang diusulkan pertama untuk mengurangi kesempatan mendapatka alternatif yang terbaik dan ketundukan kelompok oleh pendapat yang dominan. Untuk menghindarinya yaitu dengan merangsang anggota kelompok untuk memberi dan mengevaluasi informasi, teknik menghimpun pendapat dari suatu panel yang besar dari para ahli.
7. Penentuan alternatif terbaik dan kriteria evaluasi alternatif.
a. Macam situasi dalam penentuan alternatif yaitu:
• Situasi pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat dan harus memilih alternatif yang terlalu nbanyak perbedaannya.
• Situasi terdapat sejumlah alternatif (multiple alternative situation) dan kwalitas keputusan sangat penting
• Dalam situasi tidk ada alternatif penyelesaian yang diidentifikasi, sehingga diperlukan penyelesaian tertentu (adisigned-solutio situation). Diperlukn looping back (penyelesaian masalah langkah sebelumnya.

b. Kriteria Evaluasi alternatif
• Mencermati semua alternatif yang diidentifikasi.
• Memperhitungkan tujuan yang akan dicapai dan nilai yang melekat padanya.
• Mempertimbangkan biaya manfaat setiap alternatif.
• Mencari informasi baru yang relevan dan pertimbangan dari pakar untuk evaluasi alternatif lebih lanjut.
• Perhitungan pengaruh positif dan negatif setiap alternatif
• Menyusun rincian untuk mempersiapkan tahap pelaksanaan, terutama terhadap kemungkinan, keadaan yang tidak dapat diperkirakan.







BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari semua pembahasan makalah diatas dapat diambil kesimpulan diantaranya yaitu:
1. Evaluasi dalam kegiatan kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting. Mengevaluasi secara sederhan berarti menguji/memperkirakan nilai dari. Istilah ini sering dipakai tidak tepat dengan arti “memeriksa” atau “mengukur” atau “menilai”.
2. Pelayanan kesehatan adalah sesuatu yang penting karena apabila dapat mengambil keputusan dengan baik maka produktifitas, efisiensi kerja meningkat maka dengan demikian tujuan organisasi akan tercapai.
3. Keputusan (decision) adalah pilihan yang dibuat dari beberapa alternatif yang tersedia. Banyak orang berasumsi bahwa pembuatan pilihan adalah bagian terbesar dalam pengambilan keputusan, tetapi sebenarnya hanya merupakan salah satu bagiannya. Pengambilan keputusan (decision making) adalah proses identifikasi masalah dan kesempatan dan kemudian memecahkannya. Pengambilan keputusan melibatkan usaha baik sebelum maupun sesudah pilihan aktual.

B. Saran
Sebaiknya di dalam suatu manajemen pelayanan kesehatan diterapkan suatu evaluasi yang sesuai untuk menilai kinerja organisai dan diterapkan pula suatu proses atau sistem pengambilan keputusan pelayanan kesehatan agar suatu manajemen dapat berjaklan dengan baik dan tercapai tujuan manajemen tersebut





DAFTAR PUSTAKA

L. Daft, Richard. 2001. Manajemen Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
McMahon, Rosemari, dkk. 1999. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: EGC
L. Daft, Richard. 2008. Management. Jakarta: Salemba Empat.
http://www.manajemen-pelayanankesehatan.net/pelatihan/dinkes/112-pendahuluan.html/diakses tanggal 21 April 2011
http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/14/definisi-evaluasi/diakses tanggal 21 April 2011