LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN
UNIT PENGOLAHAN DASAR AIR MINUM
KEBUMEN, JAWA TENGAH
Disusun oleh:
1. Imam Agung F (B1003026)
2. Irma Setyani (B1003027)
3. Isnaini Candrawati (B1003028)
4. Joni Wandono ATP (B1003029)
5. Karomat (B1003030)
DIREKTORAT PERGURUAN TINGGI
PRODI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
TAHUN 2011
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam sholawat dan salam kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW, dan seluruh orang yang mengikuti petunjuk-Nya sampai hari kemudian.
Dengan rahmat dan hidayah dari Allah swt, penulis telah dapat menyelesaikan laporan ini. Sehubungan dengan terbatasnya diri penulis, maka bantuan dari berbagai pihak telah banyak mendukung terselesaikannya laporan kunjungan lapangan ini.
Laporan kunjungan lapangan ini penulis buat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan. Namun demikian penulis menyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk laporan kedepan yang lebih baik. Penulis mohonn maaf atas segala kekurangannya. Penulis hanya berharap laporan kunjungan lapangan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Banjarnegara, Januari 2011
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Air merupakan bagian terbesar dari kehidupan manusia. Setiap kegiatan yang dilakukan pada keseharian manusia tidak terlepas dari fungsi dan manfaat air, mulai untuk minum, digunakan untuk mandi dan mencuci hingga sebagai bagian dari produksi industri. Karena itu, tak heran apabila krisis air bersih sering terjadi didaerah-daerah di Indonesia.
Air juga menjadi salah satu sumber daya yang sangat dibutuhkan bagi perkembangan suatu daerah, khususnya daerah perkotaan. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk serta aktivitas perkotaan menyebabkan peningkatan pemanfaatan air yang dapat memicu terjadinya eksploitasi sumber air yang berlebihan. Sebagai salah satu kota yang mempunyai sumber air seperti di Kebumen maka masyarakat harus mampu mengolah sumber air tersebut mejadi sumber air bersih yang dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat sehar-harinya.
Walaupun air meliputi 70% permukaan bumi dengan jumlah kira-kira 1,4 ribu juta kilometer kubik, namun hanya sebagian kecil saja dari jumlah ini yang dapat benar-benar dimanfaatkan, yaitu kira-kira hanya 0,003%. Sebagian besar air, kira-kira 97%, ada dalam samudera atau laut, dan kadar garamnya terlalu tinggi untuk kebanyakan keperluan. Dari 3% sisanya yang ada, hampir semuanya, kira-kira 87 persennya,tersimpan dalam lapisan kutub atau sangat dalam di bawah tanah. Keributan masalah air bersih bisa terjadi dalam suatu negara, kawasan, ataupun berdampak ke benua luas karena penggunaan air secara bersama-sama. Di Afrika, misalnya, lebih dari 57 sungai besar atau lembah danau digunakan bersama oleh dua negara atau lebih; Sungai Nil oleh sembilan, dan Sungai Niger oleh 10 negara. Sedangkan di seluruh dunia, lebih dari 200 sungai, yang meliputi lebih dari separo permukaan bumi, digunakan bersama oleh dua negara atau lebih. Selain itu, banyak lapisan sumber air bawah tanah membentang melintasi batas-batas negara, dan penyedotan oleh suatu negara dapat menyebabkan ketegangan politik dengan negara tetangganya. Di seluruh dunia, kira-kira 20 negara, hampir semuanya di kawasan negara berkembang, memiliki sumber air yang dapat diperbarui hanya di bawah 1.000 meter kubik untuk setiap orang, suatu tingkat yang biasanya dianggap kendala yang sangat mengkhawatirkan bagi pembangunan, dan 18 negara lainnya memiliki di bawah 2.000 meter kubik untuk tiap orang. Penduduk dunia yang pada 2006 berjumlah 5,3 miliar diperkirakan akan meningkat menjadi 8,5 miliar pada tahun 2025 akan didera oleh ketersediaan air bersih. Laju angka kelahiran yang tertinggi justru terjadi tepat di daerah yang sumber-sumber airnya mengalami tekanan paling berat, yaitu di negara-negara berkembang
Oleh karena hal tersebut diatas maka penulis melakukan kegiatan kunjungan lapangan ke Unit Pengolahan Air dari waduk Sempor, Kebumen untuk mengetahui bagaimana proses air waduk dijadikan sebagai sumber air untuk masyarakat.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini diantaranya yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana proses air waduk dijadikan sebagai sumber air bersih.
2. Untuk mengetahui apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam pemrosesan ini.
C. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami jadikan bahasan dalam laporan ini yaitu:
1. Bagaimana tahapan-tahapan pemrosesan air waduk Sempor dijadikan sebagai suumber air bersih untuk masyarakat?
2. Apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pemrosesan air waduk Sempor dijadikan sebagai sumber air bersih bagi masyarakat?
D. Waktu dan tempat pelaksanaan
Pada tanggal 29 Desember 2010 kami melakukan kunjungan penelitian lapangan di Unit pengolahan air bersih Sempor, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen.
BAB II
HASIL KEGIATAN
1. Materi
a) Alat yang diperlukan dalam pemrosesan ini adalah:
• Labu erlenmeyer
• Pipet ukur
• Gelas ukur 3 buah
• Jar test
b) Bahan yang dibutuhkan dalam pemrosesan ini adalah:
• Air waduk
• Koagulan PAC
2. Metode
Cara kerja atau tahap-tahap pengolahan dalam hal ini yaitu:
• Proses koagulasi
• Proses flokulasi
• Proses sedimentasi
• Proses filtrasi
• Proses distribusi
BAB III
PEMBAHASAN
Kegiatan kunjungan lapangan yang telah kami lakukan ini sangat membantu kami dalam mengetahui proses pengolahan air waduk menjadi air bersih yang siap didistribusikan kepada masyarakat. Proses pengolahan ini dilakukan melalui beberapa tahap dan membutuhkan alat dan bahan yang cukup banyak. Hal yang kami dapatkan dari kegiatan ku
njungan lapangan ini diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut. Pada dasarnya air memiliki karakteristik diantaranya yaitu
1. Karakteristik Fisik Air
a) Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
b) Temperatur
Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.
c) Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.
d) Solid (Zat padat)
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air.
e) Bau dan rasa
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu
2. Karakteristik Kimia Air
a) pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.
b) DO (dissolved oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.
c) BOD (biological oxygent demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self purification badan air penerima.
Reaksi:Zat Organik + m.o + O2 → CO2 + m.o + sisa material organik (CHONSP)
d) COD (chemical oxygent demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.
Reaksi: + 95%terurai Zat Organik + O2 → CO2 + H2O
e) Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.
f) Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (± 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia.
Pada umumnya pula proses pengolahan air di PDAM dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Screening
Screening berfungsi untuk memisahkan air dari sampah-sampah dalam ukuran besar.
2. Tangki sedimentasi
Tangki sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran berupa lumpur dan pasir. Pada tangki sedimentasi terdapat waktu tinggal. Ke dalam tangki sedimentasi ini diinjeksikan klorin yang berfungsi sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada air.
3. Klarifier (clearator)
Klarifier berfungsi sebagai tempat pembentukan flok dengan penambahan larutan Alum (Al2(SO4)3 sebagai bahan. Pada klarifier terdapat mesin agitator yang berfungsi sebagai alat untuk mempercepat pembentukan flok. Pada klarifier terjadi pemisahan antara air bersih dan air kotor. Air bersih ini kemudian disalurkan dengan menggunakan pipa yang besar untuk kemudian dipompakan ke filter. Klarifier terbuat dari beton yang berbentuk bulat yang dilengkapi dengan penyaring dan sekat. Dari inlet pipa klarifier, air masuk ke dalam primary reaction zone. Di dalam prymari reaction zone dan secondary reaction zone,air dan bahan kimia (Koagulan yaitu tawas) diaduk dengan alat agitataor blade agar tercampur homogen. Maka koloid akan membentuk butiran-butiran flokulasi. Air yang telah bercampur dengan koagulan membentuk ikatan flokulasi, masuk melalui return floc zone dialirkan ke clarification zone. Sedimen yang mengendap dalam concentrator dibuang. Hal ini berlangsung secara otomatis yang akan terbuka setiap satu jam sekali dalam waktu 1 menit. Air yang masuk ke dalam clarification zone sudah tidak dipengaruhi oleh gaya putaran oleh agitator, sehingga lumpurnya mengendap. Air yang berada dalam clarification zone adalah air yang sudah jernih.
4. Sand Filter
Penyaring yang digunakan adalah rapid sand fliter (filter saringan cepat). Sand filter jenis ini berupa bak yang beriisi pasir kwarsa yang berfungsi untuk menyaring flok halus dan kotoran lain yang lolos dari klarifier (clearator). Air yang masuk ke filter ini telah dicampur terlebih dahulu dengan klorin dan tawas. Media penyaring biasanya lebih dari satu lapisan, yaitu pasir kwarsa dan batu dengan mesh tertentu. Air mengalir ke bawah melalui media tersebut.Zat-zat padat yang tidak larut akan melekat pada media, sedangkan air yang jernih akan terkumpul di bagian dasar dan mengalir keluar melalui suatu pipa menuju reservoir.
5. Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah disaring melalui filter, air ini sudah menjadi airyang bersih yang siap digunakan dan harus dimasak terlebih dahulu untuk kemudian dapat dijadikan air minum.
Tahapan tahapan biasa dilakukan pada Pengolahan air baku menjadi air minum hanya saja tidak semua PDAM melakukan tahapan-tahapan yang sama. Di PDAM Kebumen ini kami mendapatkan hasil bahwa tahap-tahap pengolahan air baku menjadi air minum dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Proses Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia (koagulan) ke dalam air yang akan dioIah. Flokulasi adalah proses penggumpalan bahan terlarut, kolois, dan yang tidak dapat mengendap dalam air. Uji koagulasi-flokulasi dilaksanakan untuk menentukan dosis bahan-bahan kimia, dan persyaratan yang digunakan untuk memperoleh hasil yang optimum. Variabel-variabel utama yang dikaji sesuai dengan yang disarankan, termasuk :
• Bahan kimia pembantu
• pH
• Temperatur
• Persyaratan tambahan dan kondisi campuran.
Metode uji ini digunakan untuk mengevaluasi berbagai jenis koagulan dan koagulan pembantu pada proses pengolahan air bersih dan air Iimbah. Pengaruh konsentrasi koagulan dan koagulan pembantu dapat juga dievaluasi dengan metode ini. Peralatan yang diperlukan terdiri dari: Pengaduk, Gelas Kimia, Rak Pereaksi Bahan kimia dan bahan pembantu, digunakan untuk larutan dan suspensi pengujian, kecuali koagulan pernbantu dapat dipersiapkan setiap akan digunakan dengan membuat larutan sampai mencapai konsentrasi 10 gr/L. Koagulan pembantu, dalam perdagangan tersedia berbagai macam koagulan pembantu atau polielektrolit. Proses Koagulasi dilakukan dengan cara:
1. Masukkan volume contoh uji yang sama (1000 mL) kedalam masing-masing gelas kimia. Tempatkan gelas hingga baling-baling pengaduk berada 6,4 mm dari dinding gelas. Catat temperatur contoh uji pada saat pengujian dimulai.
2. Letakkan bahan (kimia) uji pada pereaksi.
3. Operasikan pengaduk muIti posisi pada pengadukan cepat dengan kecepatan kira-kira 120 Rpm. Tambahkan larutan atau suspensi pada setiap penentuan dosis yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Kurangi kecepatan sampai pada kecepatan minimal, untuk menjaga keseragaman partikel flok yang terlarut melalui pengadukan lambat selama 20 menit.
5. Setelah pengadukan lambat selesai, angkat baling-baling dan lihat pengendapan partikel flok.
6. Setelah 15 menit pengendapan, catat bentuk flok pada dasar gelas dan catat temperatur contoh uji, Dengan menggunakan pipet atau siphon, keluarkan sejumlah cairan supernatan yang sesuai sebagai contoh uji untuk penentuan warna, kekeruhan, pH dan analisis lainnya.
7. Ulangi langkah 1 sampai 6 di atas sampai semua variabel penentu terevaluasi. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti prosedur berpasangan 3 dan 3 jartest dianjurkan.
2. Proses Flokulasi
Setelah proses koagulasi, partikel-partikel terdestabilisasi dapat saling bertumbukan membentuk agregat sehingga terbentuk flok, tahap ini disebut “Flokulasi”. Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi ( penggumpalan ) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh proses sedimentasi dan filtrasi. Dengan kata lain proses flokulasi adalah adalah proses pertumbuhan flok ( partikel terdestablisasi atau mikroflok ) menjadi flok dengan ukuran yang lebih besar ( makroflok ).Terdapat 2 perbedaan pada proses flokulasi yaitu :
a. Flokulasi perikinetik, adalah Aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran µm dengan mengandalkan gerakan Brownian, biasanya koagulan ditambahkan untuk meningkatkan flokulasi perikinetik.
b. Flokulasi ortokinetik, adalah Aglomerasi partikel-partikel sampai ukuran diatas 1 µm, dimana gerakan Brownian diabaikan pada kecepatan tumbukan antar partikel, tetapi memerlukan pengaduk buatan ( artificial mixing ).
Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradien terlalu rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik. Untuk mendapatkan flok yang besar dan mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi atas tiga kompartemen, dimana pada kompertemen pertama terjadi proses pendewasaan flok, pada kompartemen kedua terjadi proses penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi pemadatan flok. Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan metoda yang sama dengan pengadukan cepat pada proses koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien kecepatan di mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding gradien kecepatan koagulasi.
3. Proses Sedimentasi
Setelah Proses koagulasi dan Flokulasi dilakukan proses sedimentasi. Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam suatu zat cair oleh gaya gravitasi. Pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan setelah proses Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim pengolahan khususnya system pengolahan air. Jika kekeruhan dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya. Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated sludge, OD, dlsb) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit pengolahan lumpur tersendiri.
4. Proses Filtrasi
Pada PDAM Kebumen ini menggunakan alat yang disebut Jar test. Untuk mengentahui tingkat kekeruhan suatu sample air, maka kita bisa menggunakan alat laboratorium yang bernama Jartest. Jartest ini juga dapat digunakan untuk mengetahui kinerja kogulasi dan flokulasi secara simulasi di laboratorium asalkan air yang dilakukan simulasi dengan jartest ini adalah air yang benar-benar akan dilakukan pengolahan dilapangan.
Standar ini menetapkan suatu metode pengujian koagulasi flokulasi dengan cara jartest, termasuk prosedur umum untuk mengevaluasi pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-bahan terlarut, koloid, dan yang tidak dapat mengendap dalam air dengan menggunakan bahan kimia dalam proses koagulasi-flokulasi, yang dilanjutkan dengan pengendapan secara gravitasi.
5. Proses Distribusi
Setelah proses filtrasi, air dimasukkan ke bak penampung. Setelah itu dipompakan ke balance tamber (bak pelepas tekan) lalu ditampung lagi di reservoir pejagoan Kebumen dan setelah itu baru didistribusikan kepada masyarakat setempat.
Di dalam PDAM waduk Sempor,menggunakan proses pengolahan treatment plant manual, karena prose ini mempumyai keuntungan yaitu apabila listrik mati masih dapat melakukan pengolahan air. Artinya pengolahan ini tidak tergantung terhadap listrik untuk menghasilkan air bersih yang digunakan oleh wargaPDAM waduk Sempor dapat memproduksi air sebanyak 20 liter per detiknya untuk unit pengolahan yang besar. Jadi, dalam sehari PDAM sempor dapat menghasilkan air sebanyak 4.320.000 liter per hari, sedangkan yang kecil dapat menghasilkan 80.000 liter per harinya.
Adapun contoh cara kerja dalam pengolahan air ini adalah:
1. Mengambil sampel baku masing-masing 500 ml kedalam gelas ukur;
2. Mengambil larutan PAC cair 1 % sebanyak 1 ml dan mencampurkan dengan 100 ml air bersih;
3. Mengambil 10 ml ppm dan memasukan kedalam gelas ukur 1;
4. Memasukan 20 ml ppm dan memasukan kedalam gelas ukur 2;
5. Memasukan 30 ml ppm dan memasukan kedalam gelas ukur 3;
6. Menganalisis larutan yang paling baik;
7. Memutar alat jartes selama 3 menit;
8. Menghitung dengan rumus
Dalam kunjungan lapangan ke PDAM Sempor kami menemukan masalah yang dihadapi oleh PDAM Sempor tersebut, masalah-masalah yang sering muncul diantaranya:
1. Distribusi air bersih yang tidak merata.
2. Sering terjadi keterlambatan dalam distribusi air bersih.
3. Banyak teradi kerusakan terhadap alat-alat yang digunkan untuk mendistribusikan dan mnegolah air bersih.
Sedangkan Kendala yang dapat menghambat kinerja dari unit pengolahan di PDAM, yaitu:
a) Penanaman pipa yang terdapat di bawah aspal, mengakibatkan sulit melakukan pengecekan pipa dan banyak pipa yang rusak akibat tekanan berlebihan dari kendaraan yang lewat;
b) Adanya pipa yang rusak atau bocor akibat akar pohon yang ditanam diatas pipa;
c) Adanya Kadar Fe dan Mn yang diperkirakan tinggi didaerah tersebut;
d) Terjadi penjarahan air atau pembocoran pipa secara disengaja oleh masyarakat tertentu.
Selain kendala di atas, kendala lain yaitu ketika dalam proses pendistribusian dapat terjadi kebocoran dalam pipa, hal ini disebabkan oleh:
a. Pada saat pemasangan pipa dalam kedalaman tertentu, misal antara 80-100 cm pemerintah mengadakan gerakan penghijauan dengan penanaman pohon, yang ditanam pada kedalaman antara 50 cm beberapa tahun kemudian akar-akar pohon tersebut masuk kedalam pipa sehingga menyebabkan kerusakan pipa akibat tekanan akar-akar pohon, dan kebocoran pipa pun terjadi seiring besarnya tekanan yang diperoleh pipa-pipa tersebut;
b. Pipa yang dipasang dipinggir jalan dilakukan tindakan pengaspalan jalan. Dengan padatnya angkutan umum seperti truk, bus, dll dengan beban yang ada. Akibat gaya berat yang dipengaruhi gaya gravitasi maka kemungkinan tekanan partial oleh kendaraan umum tersebut memberi dampak tekanan dengan menekan pipa PDAM yang ada dibawahnya sehingga kerusakan pipa pun tidak dapat terelakkan karena besarnya perbandingan tekanan yang diperoleh pipa;
c. Kualitas pipa yang sudah tua, perlu rehabilitasi atau peremajaan sehingga dengan adanya subsitusi bahan yang baru akan mengurangi beban kebocoran;
d. Para petani yang sengaja melubangi guna irigasi persawahan, mengakibatkan besarnya pendistribusian air dari PDAM akan berkurang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kegiatan praktikum yang telah kami lakukan dapat diambil kesimpulan diantaranya yaitu:
1. Pada Unit Pengolahan Dasar Air Minum Kebumen dalam mengolah air baku menjadi air minum dilakukan dengan berbagai tahapan yaitu proses koagulasi, proses flokulasi, proses sedimentasi, proses filtrasi dan baru didistribusikan kepada masyarakat.
2. Zat kimia yang digunakan sebagai koagulan pada Unit Pengolahan Dasar Air minum yaitu PAC (Poly Aluminium Chlorida).
3. Jartest adalah alat yang digunakan untuk mengentahui tingkat kekeruhan suatu sample air, dan dapat juga digunakan untuk mengetahui kinerja kogulasi dan flokulasi secara simulasi di laboratorium asalkan air yang dilakukan simulasi dengan jartest ini adalah air yang benar-benar akan dilakukan pengolahan dilapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar